Diskusi Tentang Tasawuf, Sufi, Thariqoh/Tarekat

SALINAN DISKUSI Antara saya (Nashrul Mukmin) DG Sdr Rois Al-Faruq
Tema : SESATKAH TASAWUF DAN THAREQAT???
Moderator : Ustadz Aman Abdul Rachman
================================

Aman Abdul Rachman
4 Maret pukul 10:49
Lapak Khusus Diskusi membahas tentang "Aliran Tashawuf sesat dan menyesatkan, benarkah"? dengan pembicara :
1. Mas Ust. Rois Al-Faruq
2. Yai Nashrul Mukmin
Dimoderatori oleh saya Aman Abdul Rachman.
Aturan diskusi:
1. Dimintai kepada para pembicara untuk mengawali pembahasannya dengan memaparkan pendapatnya ttg aliran tasawuf
2. Setelah kedua memaparkan, nanti akan diadakan sesi tanya jawab antara kedua pembicara, yang tentunya akan dipandu oleh saya sendiri.
Baiklah untuk mengawali diskusi ini saya persilahkan Mas Ust. Rois Al-Faruq utk mengawali paparannya tentang aliran Tashwauf itu sesat dan menyesatkan?
Suka
11Anda, Ali Idho Ridho, Muhammad Suratman, dan 8 lainnya
.
Aman Abdul Rachman
----------------------
Utk diskusinya kita mulai ba'da jum'at karena sebentar lagi sdh masuk Jum'at. Sy persilahkan kepada para pembicara utk mempersiapkan hujjah2nya masing2

Rois Al-Faruq
--------------
Assalamu'alakkum warohmatullahi wabarakatuh,

Langsung saja! Saya akan menyampaikan 3 hal mengenai "thoriqoh shufi tasawwuf".

PERTAMA ⇨SEJARAH LAHIRNYA THORIQOH SHUFI TASAWWUF

Asal kata “shufi/tasawwuf” dari pakaian shuf yakni kain kasar (bulu domba). Awal mula muncul ini di tahun 110 Hijriyah, di zaman Hasar Basri rohimahulloh (ulama tabi’in), pada zaman itu beliau pernah melihat ada beberapa kholifah yang memakai pakaian berlebihan (mewah) dan kehidupan yang mubazir. Pada suatu waktu beliau mengubah baju beliau (baju ulama) menjadi kain shuf, karena beliau orang sholeh maka mulailah orang-orang dan muridnya mencontoi, dianggap itu pakaian yang Hasan Basri suka pakai, padahal baju shuf itu beliau pakai hanya untuk menunjukkan pada kholifah saat itu saja, kemudian sambil menasehati kholifah, beliau kembali mengubah baju beliau (baju ulama). Tapi sudah banyak orang-orang yang telanjur mencontoi. (Ust. Khalid Basalamah).”➲

Dan ini dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah, karena kenyataan yang ada pada masa Ibnu Taimiyah adalah mereka memakai pakaian kasar (bulu domba) sebagai pengakuan untuk zuhud (menahan diri dengan tidak cinta dunia), menampakkan kesederhanaan dan kemelaratan hidup di samping menahan diri dari berhubungan pada orang-orang, mereka pula mencegah diri dari air dingin dan makan daging. Sehingga perbuatan mereka tidak sesuai dengan zuhud (tidak serakah) yang disyari'atkan. Lihat (Majmu' Al-Fatawa oleh Ibnu Taimiyah 11/6 dan lihat 10/510 -20/150, As-Sufiyah `Aqidah wa Ahdaf oleh Laila binti `Abdillah, Darul Wathan, Riyadh, cet I, hal 1410H, hal 10-11).

➲“Kemudian mulailah orang-orang (murid-murid) yang belajar dengan Hasar Basri ini membentuk halaqoh-halaqoh/pengajian lagi dan mereka memakai baju shuf dan murid-muridnya ikut memakai baju shuf. Dan tersebarlah, sehingga orang-orang yang ikut dalam halaqoh-halaqoh/pengajian ini disebut “tasawwuf”. Akan tetapi ada yang tidak bertanggung jawab, yakni orang-orang badui tidak paham agama yang datang dari padang pasir, mereka mendatangi halaqoh-halaqoh/pengajian para ulama tabi’in. Tetapi mereka datang sesekali saja tidak setiap waktu, kemudian dengan ilmu seadanya mereka kembali ke kaumnya, karena di kaumnya tidak ada orang yang paham agama sehingga mereka dianggap orang sudah kompoten “paham agama”. Dan akhirnya mereka juga membentuk halaqoh-halaqoh/pengajian di kaumnya, karena keterbatasan ilmu dan tidak mau dikatakan tidak tauh, akhirnya mereka menfatwa-fatwakan sembarangan, dan orang-orang inilah yang terkenal memiliki thoriqoh-thoriqoh. (Ust. Khalid Basalamah).

Dan dalam perkembangannya ada pendapat lain tentang penamaan shuf/tasawwuf yang menunjukkan sebagian pemikiran mereka, yaitu pemikiran yang kembali kepada pemikiran-pemikiran kuno seperti yang disebutkan oleh Al-Biruni Abu Ar-Rahyan yang menisbatkan tasawwuf kepada kata "Sofia" Yunani yaitu hikmah (filsafat), mengingat karena saling dekatnya pendapat-pendapat antara mereka (pendapat orang-orang shufi dengan para Filosof Yunani kuno). Lihat (al- Tasawuf al mansya' wal mashadir, oleh Ihsan Ilahi Dhahir, hal 33-34).

Adapun kata “thoriqoh” berarti jalur jalan atau metode untuk mendekatkan diri kepada Allah sesuai dengan versi atau pemikiran mereka. (Ust. Khalid Basalamah).

“Dan Alran-aliran thoriqoh sangatlah banyak mendunia, setiap aliran mempunyai metode yang berbeda-beda (Ust. Abdul Hakim), semakin banyak aliran thoriqoh maka semakin banyak pula metode yang dibuat-buat dan akan semakin jauh dari ittiba’ kepada Rosulullah SAW. Dan setiap aliran merasa “paling benar” dalam cara beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Entah aliran yang mana sampai lebih dulu, atau semuanya akan sampai bersamaan dalam jurang kekufuran”. (Rois Al-Faruq).

Aman Abdul Rachman
-----------------------
Alhmdlh setelah ditunggu-tunggu beberapa waktu kehadirannya di Lapak ini, Mas Ust. Rois Al-Faruq pun telah hadir dan telah memaparkan makalahnya tentang Aliran Tashawuf.

Sy persilahkan Yai Nashrul Mukmin utk memaparkan argumentasi ttg aliarn Tashawuf. Monggo Yai Nashrul Mukmin.........

Nashrul Mukmin
-----------------
Kpd Yg Mulia Sdr Moderator, saya sampaikan terimakasih atas kesempatan yg diberikan kepada saya.

BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM.
Alhamdulillaahi Robbil 'Aalamiina.
Allohumma Sholli wa sallim 'alaa sayyidina Muhammad.

1. Asal Usul Tasawuf
===============
Sesungguhnya pengenalan tasawuf sudah ada pada masa kehidupan Kanjeng Nabi Muhammad saw., sahabat, dan tabi’in.
Sebutan yang populer bagi para pelaku Tasawuf pada masa itu dengan bebrapa macam istilah, yg di antaranya adalah "ZAHID, 'Aabid, , dan Naasik, dan istilah Tasawuf baru dikenal secara luas di kawasan Islam sejak penghujung abad kedua Hijriah. Namun demikian secara faktual nilai-nilai tasawuf itu sendiri adalah sesuatu yang diajarkan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya.
.
Oleh karena itu dalam pandangan as-Sarraj, penyebutan istilah tasawuf sebenarnya sudah dikenal di kalangan sahabat Rasulullah. As-Sarraj membantah pendapat yang menyebutkan bahwa istilah tasawuf pertama kali dimunculkan oleh para ulama Baghdad. Beliau mengatakan bahwa fenomena perjumpaan para sahabat Rasulullah dengan Rasulullah sendiri serta keimanan mereka kepada Rasulullah adalah tingkatan tertinggi dalam derajat al-Ahwâl.
.
Argumen kuat bagi hal ini, menurut as-Sarraj, adalah perkataan Imam al-Hasan al-Bashri,
-seorang tabi’in yang pernah belajar langsung kepada sahabat Ali ibn Abi Thalib dan beberapa sahabat lainnya-, bahwa beliau berkata: “Aku melihat seorang sufi dari kalangan sahabat sedang melakukan thawaf”
(As-Sarraj, al-Luma’…, halaman. 42)

As-Sarraj juga mengutip ucapan Imam Sufyan ats-Tsauri, bahwa ia berkata: “Kalau bukan karena Abu Hasyim ash-Shufi maka aku tidak akan pernah mengenal makna riya’ secara detail”. Imam Sufyan ats-Tsauri dalam perkataannya ini menamakan Abu Hasyim dengan “ash-Shûfi”, artinya seorang ahli tasawuf. Sementara itu Abu Hasyim adalah seorang yang seringkali belajar atau mengutip riwayat dari sahabat Muhammad ibn Ishaq ibn Yasar. Dan sahabat Rasulullah yang terakhir disebut ini adalah di antara sahabat yang paling banyak menceritakan kaum sufi di kalangan sahabat Rasulullah sendiri
(Al-Ibid halaman . 42-43)

Bukti kalau tasawuf sdh ada sejak masa tabi'in juga dapat ditelusuri dari beberapa qoul dari 4 Imam Mdzhab berikut ini:

a. Imam Abu Hanifah (Pendiri Mazhab Hanafi) berkata : "Jika tidak karena dua tahun, Nu’man telah celaka. Karena dua tahun saya bersama Sayyidina Imam Jafar as Shadiq, maka saya mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahui jalan yang benar” (Kitab Durr al Mantsur)

b. Imam Maliki (Pendiri Mazhab Maliki) berkata “Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasawwuf tanpa fiqih maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fiqih tanpa tasawwuf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasawwuf dengan disertai fiqih dia meraih kebenaran.
(’Ali al-Adawi dalam kitab Ulama fiqih, juz. 2, hal. 195 yang meriwayatkan dari Imam Abul Hasan).

c. Imam Syafi’i (pendiri mazhab Syafi’i) berkata,
Saya berkumpul bersama orang-orang sufi dan menerima 3 ilmu: Mereka mengajariku bagaimana berbicara, Mereka mengajariku bagaimana memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan kelembutan hati, Mereka membimbingku ke dalam jalan tasawwuf.”
(Riwayat dari kitab Kasyf al-Khafa dan Muzid al Albas, Imam ‘Ajluni, juz. 1, hal. 341)

5. Imam Ahmad bin Hanbal (Pendiri mazhab Hambali) berkata, “Anakku, kamu harus duduk bersama orang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka selalu mengingat Allah dalam hati mereka. Mereka adalah orang-orang zuhud yang memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi. Aku tidak melihat orang yang lebih baik dari mereka
(Ghiza al Albab, juz. 1, hal. 120 ; Tanwir al Qulub, hal. 405, Syaikh Amin al Kurdi)
.
DAN BERIKUT INI SY KUTIPKAN QOUL PARA ULAMA TERDAHULU TERHADAP TASAWUF:

A. Imam Nawawi Rahimahullah berkata :

أصول طريق التصوف خمسة: تقوى الله في السر والعلانية. اتباع السنة في الأقوال والأفعال. الإِعراض عن الخلق في الإِقبال والإِدبار. الرضى عن الله في القليل والكثير.الرجوع إِلى الله في السراء والضراء.

Pokok pokok metode ajaran tasawwuf ada lima : Taqwa kepada Allah di dalam sepi maupun ramai, mengikuti sunnah di dalam ucapan dan perbuatan, berpaling dari makhluk di dalam penghadapan maupun saat mundur, ridlo kepada Allah dari pemberianNya baik sedikit ataupun banyak dan selalu kembali pada Allah saat suka maupun duka.

(Risalah Al-Maqoshid fit Tauhid wal Ibadah wa Ushulut Tasawwuf halaman : 20, Imam Nawawi)

B. . Al-'Allamah al-Hafidz Ibnu Hajar al-Haitami berkata :

إياك أن تنتقد على السادة الصوفية : وينبغي للإنسان حيثُ أمكنه عدم الانتقاد على السادة الصوفية نفعنا الله بمعارفهم، وأفاض علينا بواسطة مَحبتَّنا لهم ما أفاض على خواصِّهم، ونظمنا في سلك أتباعهم، ومَنَّ علينا بسوابغ عوارفهم، أنْ يُسَلِّم لهم أحوالهم ما وجد لهم محملاً صحيحاً يُخْرِجهم عن ارتكاب المحرم، وقد شاهدنا من بالغ في الانتقاد عليهم، مع نوع تصعب فابتلاه الله بالانحطاط عن مرتبته وأزال عنه عوائد لطفه وأسرار حضرته، ثم أذاقه الهوان والذلِّة وردَّه إلى أسفل سافلين وابتلاه بكل علَّة ومحنة، فنعوذ بك اللهم من هذه القواصم المُرْهِقات والبواتر المهلكات، ونسألك أن تنظمنا في سلكهم القوي المتين، وأن تَمنَّ علينا بما مَننتَ عليهم حتى نكون من العارفين والأئمة المجتهدين إنك على كل شيء قدير وبالإجابة جدير.

Berhati hatilah kamu dari menentang para ulama sufi. Dan sebaiknya bagi manusia sebisa mungkin untuk tidak menentang para ulama sufi, semoga Allah member manfaat kepada kita dgn ma’rifat. Ma’rifat mereka dan melimpahkan apa yg Allah limpahkan kepada orang-orang khususnya dgn perantara kecintaan kami pada mereka, menetapkan kita pada jalan pengikut mereka dan mencurahkan kita curahan curahan ilmu ma’rifat mereka.
Hendaknya manusia menyerahkan apa yang mereka lihat dari keadaan para ulama shufi dengan kemungkinan kemungkinan baik yang dapat mengeluarkan mereka dari melakukan perbuatan haram.
Kami sungguh telah menyaksikan orang yang sangat menentang ulama shufi, mereka para penentang itu mendapatkan ujian dari Allah dengan pencabutan derajatnya, dan Allah menghilangkan curahan kelembutanNya dan rahasia rahasia kehadiranNya. Kemudian Allah menimpakan para penentang itu dengan kehinaan dan kerendahan dan mengembalikan mereka pada derajat terendah. Allah telah menguji mereka dengan semua penyakit dan cobaan.
Maka kami berlindung kepadaMu ya Allah dari hantaman hantaman yang kami tidak sanggup menahannya dan dari tuduhan tuduhan yang membinasakan. Dan kami memohon agar Engkau menetapi kami jalan mereka yang kuat, dan Engkau anugerahkan kami apa yang telah Engkau anugerahkan pada mereka sehingga kami menjadi orang yang mengenal Allah dan imam yang mujtahid, sesungguhnya Engkau maha Mampu atas segala sesuatu dan maha layak untuk mengabulkan permohonan.
(Al-Fatawa Al-Haditsiyyah : 113, karya Imam Ibnu Hajar al-Haitami)
.
C. Imam Al-Hafidz Abu Nu’aim Al-Ashfihani berkata :

أما بعد أحسن الله توفيقك فقد استعنت بالله عز وجل وأجبتك الى ما ابتغيت من جمع كتاب يتضمن أسامي جماعة وبعض أحاديثهم وكلامهم من أعلام المتحققين من المتصوفة وأئمتهم وترتيب طبقاتهم من النساك من قرن الصحابة والتابعين وتابعيهم ومن بعدهم ممن عرف الأدلة والحقائق وباشر الأحوال والطرائق وساكن الرياض والحدائق وفارق العوارض والعلائق وتبرأ من المتنطعين والمتعمقين ومن أهل الدعاوى من المتسوفين ومن الكسالى والمتثبطين المتشبهين بهم في اللباس والمقال والمخالفين لهم في العقيدة والفعال وذلك لما بلغك من بسط لساننا ولسان أهل الفقه والآثار في كل القطر والأمصار في المنتسبين إليهم من الفسقة الفجار والمباحية والحلولية الكفار وليس ما حل بالكذبة من الوقيعة والإنكار بقادح في منقبة البررة الأخيار وواضع من درجة الصفوة الأبرار بل في إظهار البراءة من الكذابين , والنكير على الخونة الباطلين نزاهة للصادقين ورفعة للمتحققين ولو لم نكشف عن مخازي المبطلين ومساويهم ديانة , للزمنا إبانتها وإشاعتها حمية وصيانة , إذ لأسلافنا في التصوف العلم المنشور والصيت والذكر المشهور

Selanjutnya, semoga Allah memperbagus taufiqmu. Maka sungguh aku telah memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala dan menjawabmu atas apa yang engkau mau dari pengumpulan kitab yang mengandung nama nama kelompok dan sebagian hadits dan ucapan mereka dari ulama hakikat dari orang orang ahli tasawwuf.
para imam dari mereka.
Penertiban tingkatan mereka dari orang orang ahli ibadah sejak zaman sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in dan setelahnya dari orang yang memahami dalil dan hakikat. Menjalankan hal ihwal serta thariqah.
bertempat di taman (ketenangan) dan meninggalkan ketergantungan.
Berlepas dari orang orang yang berlebihan dan orang orang yang mengaku ngaku orang orang yang berandai andai dan dari orang orang yang malas yang menyerupai mereka di dalam pakaian dan ucapan dan bertentangan pada mereka di dalam aqidah dan perbuatan.
Demikian itu ketika sampai padamu dari pemaparan lisan kami dan lisan ulama fiqih dan hadits di setiap daerah dan masa tentang orang orang yang menisabatkan diri pada mereka adalah orang orang fasiq, fajir, suka mudah berkata mubah dan halal lagi kufur. Bukanlah menghalalkan dengan kedustaan, umpatan dan pengingkaran dengan celaan di dalam manaqib orang orang baik pilihan dan perendahan dari derajat orang orang suci lagi baik.
Akan tetapi di dalam menampakkan pelepasan diri dari orang orang pendusta dan pengingkaran atas orang orang pengkhianat, bathil sebagai penyucian bagi orang orang jujur dan keluhuran bagi orang orang ahli hakikat.
Seandainya kami tidak menyingkap kehinaan dan keburukan orang orang yang mengingkari tasawwuf itu sebagai bagian dari agama, maka kami pasti akan menjelaskan dan mengupasnya sebagai penjagaan, karena salaf kami di dalam ilmu tasawwuf memiliki ilmu yang sudah tersebar dan nama yang masyhur.
(Muqoddimah Hilyah Al-Awliya, karya imam Al-Ashfihani

D. Al-Imam Al-Allamah Syaikhul Islam Tajuddin As-Subuki berkata :

حَيَّاهمُ الله وبيَّاهم وجمعنا في الجنة نحن وإِياهم. وقد تشعبت الأقوال فيهم تشعباً ناشئاً عن الجهل بحقيقتهم لكثرة المُتلبِّسين بها، بحيث قال الشيخ أبو محمد الجويني لا يصح الوقف عليهم لأنه لا حدَّ لهم. والصحيح صحته، وأنهم المعرضون عن الدنيا المشتغلون في أغلب الأوقات بالعبادة.. ثم تحدث عن تعاريف التصوف إِلى أن قال: والحاصل أنهم أهل الله وخاصته الذين ترتجى الرحمة بذكرهم، ويُستنزل الغيث بدعائهم، فرضي الله عنهم وعنَّا بهم

“ Semoga Allah memanjangkan hidup para penganut tasawwuf dan mengangkat derajat mereka serta mengumpulkan kita dan mereka di surga. Sungguh telah banyak pendapat miring tentang mereka yang bersumber dari kejahilan akan hakekat mereka disebabkan oknum-oknum yang membuat samar ajaran tasawwuf. Oleh karenanya syaikh Abu Muhammad Al-Juwaini berkata “ Tidak boleh berhenti dalam mendefiniskan mereka, sebab mereka tak memiliki batasan istilah. Yang benar adalah keabsahannya dan definisi shufiyyah adalah orang-orang yang berpaling dari dunia yang menyibukkan diri disebagian besar waktunya dengan beribadah. Kemudian bermunculanlah ta’rif-ta’rif baru tentang tasawwuf..(sampai ucapan beliau) : “..Kesimpulannya ulama tasawwuf adalah keluarga dan orang-orang khusus Allah yang diharapan turunnya rahmat dengan menyebut nama mereka dan turunnya hujan dengan perantara doa mereka. Maka semoga Allah meridhoi mereka dan kita semua dengan sebab mereka “.

(Mu’idun Ni’am wa Mubidun Niqam halaman : 140, karya imam Subuki)

DAN MASIH BANYAK LAGI ULAMA LAIN YG TDK PERLU SY KUTIPKAN SEMUANYA DI SINI.

Dari beberapa penjelasan tentang tasawuf di atas dapat ditarik benang merah bahwa pada dasarnya ajaran-ajaran tasawuf murni berlandaskan al-Qur’an dan Sunnah. Seorang sufi adalah seorang yang konsisten mengerjakan dan berpegang teguh dengan syari’at Allah, mengekang hawa nafsunya pada makan, minum, cara berpakaian, dan hal-hal lainnya.
Dalam perkara-perkara duniawi seorang sufi hanya mengambil kadar tertentu secukupnya. Ia habiskan setiap waktu dari kehidupannya dalam beribadah kepada Allah; dengan melaksanakan segala kewajiban-kewajiban, menjauhi segala larangan-langan-Nya dan memperbanyak perbuatan-perbuatan yang sunnah.

Wallohu a'lam bi showwab.
.
Adapun mengenai definisi dari THAREQAT, saya akan menukil kepad Qoulnya Syeikh Abu Mudhoffar Ra. sebagai berikut:

ان الطريقة عندهم هي الأخذ بالاحواط في سائر الاعمال ولا يأخذ بالرخص والطريقة ايضا اعتماد السالك علي حالة شاقة كرياضة اي تذليل النفس من قلة اكل وشرب ومن تباعد عن فضول المباحات

"Thoriqoh adalah melakukan / mengamalkan sesuatu dengan cara lebih berhati'' dalam mengamalkan seluruhamalan,dan tidak melakukan hal-hal yang mendapatkan kemurahan (ruhsoh/keringanan) .Thoriqoh juga berpegang teguh pada pengamalan secara istiqomah pada hal-hal yang berat seperti riyadloh,yaitu mengalahkan hawa nafsu dengan sedikit makan dan minum dan menjauhi hal-hal yang di lakukan (mubakhaat)"

dalam keterangan lain di jelaskan

الطريقة هي العمل بالشريعة والاخذ بعزائمها والبعد عن التساهل فيما ينبغي التساهل فيه وان شئت قلت اجتناب المنهيات ظاهرا او باطنا وامتثال الامر الالهية بقدر الطاقة اوهي اجتناب المحرمات والمكروهات وفضول المباحات واداء الفرائض ومااستطاع من النوافل تحت الرعاية عارف من اهل النهاية

" Thoriqoh adalah mengamalkan syari'at islam dengan cara beersungguh'',menjauhi anggapan-anggapan ringan dari suatu yang tidak ada keringanan apapun,dan kalau kita mau mengatakan,menjauhi semua larangan, Baik secara nyata atau sembunyi (samar). melaksanakan semua perintah alloh menurut kadar kemampuannya,atau Thoriqoh adalah menjauhi semua yang di haramkan.semua larangan dan mengutamakan hal-hal yang boleh oleh syara'.melaksanakan semua perkara yang wajib,dan yang mampu dari perkara sunnah,semua di lakukan atas petunjuk dan bimbingan orang yang 'arif (ma'rifat / yang telah mengetahui hakikat keIlahiyahan yang haq serta kamil mukammil) dari orang-orang yang telah mencapai puncak pencapaian (warid)"
.
Untuk sementara saya cukupkan dulu paparan saya.
Suka • Balas • 6 Maret pukul 14:44
.
Aman Abdul Rachman
-----------------------
Terima Kasih yai Nashrul Mukmin atas paparan dalam membahas Aliran Tashawuf.
.
Alhmdlh kedua nara sumber sudah memaparkan makalahnya masing2 tentang "Aliran Tasawuf". Kalau sy baca secara sekilas byk pebedaan dalam sudut pandang mereka (Mas Ust. Rois Al-Faruq dan Yai Nashrul Mukmin) terhadap tasawuf.
.
Mas Ust. Rois Al-Faruq cenderung beranggapan bahwa
1. Mempelajari Aqidah Tasawuf (Istilah yg dipakai beliau) lebih cenderung ke arah kekufuran
2. para pelaku tasawuf (sufi) byk melakukan perbuatan yg dianggap menyeleweng.
Benarkah seperti itu?
.
Sedanngkan menurut pendapat Yai Nashrul Mukmin tdk demikian,
1. Justru mengikuti aliran Tasawuf dapat membuat jiwa manusia menjadi tenang karena Ia habiskan setiap waktu dari kehidupannya dalam beribadah kepada Allah; dengan melaksanakan segala kewajiban-kewajiban, menjauhi segala larangan-langan-Nya dan memperbanyak perbuatan-perbuatan yang sunnah.
2. Pada dasarnya ajaran-ajaran tasawuf murni berlandaskan al-Qur’an dan Sunnah.
Kira-kiran seperti itu kah Yai Nashrul Mukmin?
.
Baik utk sesi pemaparan masing2 nara sumber telah selesai, utk selanjutnya saya adalah Sesi tanya jawab antara kedua Nara Sumber
.
Saya mulai sesi pertama Yai Nashrul Mukmin silahkan bertanya keapda MAs Ust. Rois Al-Faruq maksimal 3 pertanyaan.
Suka • Balas • 6 Maret pukul 21:39
.
Nashrul Mukmin
-----------------
PERTANYAAN PERTAMA:

Dalam beragama ini, selain Al-Qur'an Hadits serta atsar para Shohabat Nabi, sebagai rujukan dalam menetapkan hukum serta mengamalkan suatu amaliah adalah merujuk kepada qoul para ulama Salaf. Yaitu org org mulia yg hidup pada 300 tahun di awal masa islam.

Dalam paparan Sdr Rois Al-Faruq di atas anda merujuk kepada
a. Ustadz Khalid Basalamah
b. Ibnu Taimiyah
c. Ihsan Ilahi Dhahir
d. Ust. Abdul Hakim

PERTANYAAN:
Kalau mnurut Sdr Rois Al-Faruq ke empat ustadz dan ulama yg telah sya sebutkan di atas termasuk ulama Slaf ataukah termasuk ulama Kholaf?????

PERTANYAAN KE DUA:

Dalam paparan saya, banyak merujuk kepada qoul dari 4 Imam Madzhab , yaitu Imam Maliki, I1mam Hanafi, Imam As-Syuafi'i dan Imam Hanbali.

PERTANYAAN:
Kalau mnurut Sdr Rois Al-Faruq ke empat Ulama Madzhab tersebut termasuk ulama Salaf ataukah Ulama Kholaf???

PERTANYAAN KE TIGA:

Sdr Rois Al-Faruq, anda menerima atau justru mengingkari beberapa Qoul dari 4 Imam Madzhab yaitu Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam As-Syuafi'i dan Imam Hanbali. yg qoulnya telah saya tuliskan dalam paparan saya di atas. Jelaskan kira kira apa alasan anda menerima atau mengingkarinya ????
Suka • Balas • 6 Maret pukul 22:16 •
.
Aman Abdul Rachman
-----------------------
Silahkan dijawab oleh Mas Ust. Rois Al-Faruq 3 pertanyaan tersbut
Batal Suka • Balas • 1 • 6 Maret pukul 22:02
.
Rois Al-Faruq
--------------
JAWABAN DARI PERYANYAAN PERTAMA : Sebelumnya kita samakan dulu persepsi qt ttg kata "SALAF". Krn mnrt persepsi ana kata salaf merujuk pd makna "salafus sholeh" yaitu generasi orang2 yg berada pd masa dan berinteraksi lsg dengan rosullullah..maka sudahlah jelas bhw ust. Khalid basalamah dkk yg anda maksudkan bukanlah ulama salaf krn mrk lahir bukan pd generasi salafus sholeh NAMUN rujukan mrk dlm beragama adlh ulama generasi salafus sholeh..

JAWABAN DARI PERTANYAAN KEDUA : maka sudahlah tentu sama dg kesatu.

JAWABAN DARI PERTANYÀAN KETIGA : dr awal ana tdk pernah menyatakan mengingkari para imam yg 4 diatas...NAMUN... ana meyakini dg persepsi dan logika ana bhw yang mereka maksud dg kata "TASAWWUF" dsn adalah CARA BERIBADAH DAN UPAYA MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH bukanlah TASSAWUF SEBAGAI SEBUAH ALIRAN ATAU MANHAJ..mereka ttp mengikuti cara rosulullàh dlm beragama dg merujuk pada mànhaz salafus sholeh....dg inti ajaranya " MELARANG UNTUK TAKLIQ BUTA PADA MEREKA" WALLAHU"ALAM....
Suka • Balas • 6 Maret pukul 22:26
.
Rois Al-Faruq
--------------
RALAT UNTUK JAWABAN YANG KEDUA...MEREKA ADALAH ULAMA SALAF KRN LAHIR DI BAWAH 300 H..
Suka • Balas • 6 Maret pukul 22:44
.
Aman Abdul Rachman
----------------------
Baiklah lanjutan dari sesi pertama, sy persilahkan kepada Mas Ust. Rois Al-Faruq utk mengajukan pertanyaan kepada Yai Nashrul Mukmin?....... smile emotikon
Batal Suka • Balas • 1 • 6 Maret pukul 22:48
.
Rois Al-Faruq
--------------
Allah SWT berfirman:

&Serulah Tuhan kamu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut, karena sesungguhnya Dia tidak suka kepada orang-orang yang melewati batas.& (QS Al-A'raaf: 55).

Allah SWT memuji hamba-Nya, Nabi Zakaria, dengan firman-Nya:

“Tatkala ia berdo'a kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.& (QS 19 Maryam: 3).

Menghindari bersuara keras dalam berdzikir dan berdo'a.

&Ayyuhan naasu irba'uu 'alaa anfusikum fainnakum laa tad'uuna ashomma walaa ghooiban innakum tad'uuna samii'an qoriiban wahuwa ma'akum.&

&Wahai ummat manusia, kasihanilah dirimu dan rendahkanlah suaramu, kamu tidak menyeru Tuhan yang tuli atau yang gaib (jauh), sesungguhnya kamu menyeru Tuhan yang Pendengar, dekat, dan Dia menyertai kamu.& (Hadits Muttafaq 'alaih).

Pertanyaan saya :

1). Di dalam “Kitab Karomah Para Wali” Wali mampu menghatamkan Alquran 360.000. kali dalam waktu sehari semalam (24 Jam). Bagaimana pendapat saudara ?

2). Adakah tuntunan dari Rosul tentang kaifiyah “zikir berjamaah, suara keras, geleng-geleng (tamayul kata imam asy Syaf’I’i)”?

3). Apa nama thoriqot yang diajarkan Rosulullah kepada para sahabat (Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Dll) ? atau dengan bahasa lain Rosulullah termasuk dalam thoriqoh apa ?
Suka • Balas • 6 Maret pukul 23:00
.
Aman Abdul Rachman
-----------------------
Mongg silahkan dijawab oleh Yai Nashrul Mukmin
Suka • Balas • 6 Maret pukul 23:07
.
Nashrul Mukmin
----------------
Sebelum saya jawab tiga pertanyaan yg telah diajukan oleh Sdr Rois Al-Faruq di atas, saya ingin menanggapi narasi yg telah ditulisnya sebelum mengajukan pertanyaan.

TANGGAPAN NARASI:

Sebagaimana yg telah saya uraikan adalam paparan saya di atas bahwa dalam beragama ini , selain Al-Qur'an Hadits serta atsar para Shohabat Nabi, sebagai rujukan dalam menetapkan hukum serta mengamalkan suatu amaliah adalah merujuk kepada qoul para ulama Salaf. Yaitu org org mulia yg hidup pada 300 tahun di awal masa islam.

Penjelasan tentang Dzikir Jahr(keras)

1. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari Sahabat Anas radhiyallaah ‘anhu berkata: Telah bersabda Rasulullaah Shollallaah ‘alaih wa sallam: “Apabila kalian menemukan taman-taman surga, maka ramaikanlah ia.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullaah, apakah yang disebut taman surga itu?” Beliau bersabda: “Halaqah dzikir.”

2. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari Zaid ibn Aslam berkata: Berkata ibn Adra’: “Pada suatu malam aku pergi bersama Rasulullaah shollallaah ‘alaih wa sallam, kemudian beliau melewati seorang lelaki di dalam masjid sedang mengangkat suaranya tinggi-tinggi. Aku (ibn Adra’) berkata: ‘Wahai Rasulullaah, barangkali lelaki ini sedang Riya’ (memamerkan ibadahnya)?’ Beliau bersabda: ‘Bukan, dia sedang berdo’a dan mengadu’”. Al-Baihaqi meriwayatkan pula dari ‘Uqbah ibn ‘Amir: Bahwasanya Rasulullaah shollallaah ‘alaih wa sallam bersabda kepada seorang lelaki bernama Dzul Bajadain: “Sesungguhnya dia banyak berdo’a dan mengadu, itu semua karena dia selalu berdzikir kepada Allah Ta’aala”. Al-Baihaqi juga meriwayatkan dari Jabir ibn ‘Abdullah bahwasanya ada seorang lelaki yang meninggikan suaranya ketika berdzikir sehingga lelaki yang lainnya berkata, “Seandainya saja orang ini merendahkan suaranya.” Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam bersabda: “Biarkanlah dia, sesungguhnya dia sedang berdoa dan mengadu.”

3. Telah diriwayatkan oleh al-Imaam al-Bukhari rahimahullah, bahwasanya Abu Hurairah radhiyallaah ‘anhu berkata: Bersabda Rasulullaah shollallaah ‘alaih wa sallam: Alloh Ta’aala berfirman: “Aku mengikuti prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku selalu bersamanya apabila dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku di dalam dirinya (Sirr), maka Aku akan mengingat dia pada diri-Ku (Sirr), apabila dia mengingat-Ku dalam jumlah kelompok yang besar, maka Aku akan menyebut nama mereka dalam kelompok yang jauh lebih baik dari kelompok mereka.”
Beliau al-Imaam as-Suyuthi rahimahullaah berkomentar: “Dan berdzikir dalam kelompok yang besar tidak lain dilaksanakan secara jahr.”
.
Penjelasan tentang Dzikir Berjama'ah:

1. Diriwayatkan oleh al-Bazzaar dan al-Hakiim di dalam al-Mustadrak dan menyatakan keshahihannya, bahwasanya Jabir radhiyallaah ‘anhu berkata: Telah keluar Nabi Shollallaah ‘alaih wa sallam kepada kami, dan bersabda: Wahai manusia, sesungguhnya Alloh Ta’aala menebarkan para malaikat untuk mendatangi majlis dzikr di bumi, maka masuklah ke dalam taman-taman surga itu. Mereka berkata: Dimanakah taman-taman surga itu? Beliau bersabda: Majlis-majlis dzikr, sebaiknya kalian berdzikir kepada Allah tiap pagi dan petang.

2. Diriwayatkan oleh Muslim dan al-Hakim dengan lafadz dari abu Hurairah: telah bersabda Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam: Sesungguhnya Allah memiliki malaikat-malaikat Sayyarah yang mencari majlis dzikir di bumi, maka apabila mereka menemukan majlis dzikir, mereka saling mengelilingi dengan sayap-sayap mereka hingga mencapai langit, maka Allah berfirman: Dari mana kalian? Mereka menjawab: Kami telah mendatangi hamba-Mu yang bertasbih, bertakbir, bertahmid, bertahlil, memohon kepada Engkau, meminta perlindungan-Mu. Maka Allah berfirman: Apa yang kalian pinta? (dan Allah-lah yang lebih mengetahui apa-apa tentang mereka), mereka menjawab: Kami memohon Surga kepada Engkau. Allah berfirman: Apakah kalian sudah pernah melihat Surga?. Mereka menjawab: Tidak, Wahai Rabb. Allah berfirman: Bagaimana seandainya mereka pernah melihatnya?, kemudian Allah berfirman: Terhadap apa kalian meminta perlindungan-Ku? Sedangkan Allah Maha Mengetahui perihal mereka. Mereka menjawab: (Kami memohon perlindungan-Mu) dari api neraka. Kemudian Allah berfirman: Apakah kalian pernah melihatnya?. Mereka menjawab: Tidak. Selanjutnya Allah berfirman: Bagaimana seandainya kalau mereka pernah melihatnya?. Kemudian Allah berfirman: Saksikanlah, sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka, dan Aku perkenankan permintaan mereka, dan Aku beri perlindungan terhadap mereka atas apa-apa yang mereka minta perlindungan-Ku. Mereka berkata: Wahai Rabb kami, sesungguhnya didalamnya (majlis dzikir) terdapat seorang hamba penuh dosa yang duduk didalamnya dan dia bukanlah bagian dari mereka (yang berdzikir), maka Allah berfirman: Dan dia termasuk ke dalam orang-orang yang Aku ampuni, karena kaum itu adalah kaum yang tidak mencelakakan orang-orang yang duduk bersama mereka.

3. Diriwayatkan oleh Muslim dan at-Tirmidzi, dari Mu’awiyyah, bahwasanya Nabi Shollallaah ‘alaih wa sallam keluar menuju kepada halaqah daripada sahabatnya, kemudian beliau bersabda: “Kenapa kalian duduk-duduk?” Mereka menjawab: “Kami duduk untuk berdzikir dan memuji Allah Ta’aala.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya Jibril mendatangiku dan mengabarkan kepadaku bahwasanya Allah Ta’aala membanggakan kalian kepada malaikat.”

4. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari ‘Abdullaah ibn Mughaffal berkata: Telah bersabda Rasulullaah Shollallaah ‘alaih wa sallam: “Tiada suatu kaum yang berkumpul untuk berdzikir kepada Allah Ta’aala kecuali mereka akan dipanggil oleh para pemanggil dari langit: ‘Bangunlah kalian, sesungguhnya kalian sudah diampuni, sungguh keburukan-keburukan kalian telah diganti dengan kebaikan-kebaikan’.”

DAN MASIH BANYAK LAGI HADITS LAIN YG MENJELASKAN TENTANG DZIKIR JAHR DAN BERJAMA'AH .

Namun utk efisien waktu dan tempat maka saya sampaikan yg sdh saya sampaikan sj.
.
MENANGGAPI PERTANYAAN :

PERTANYAANNYA PERTAMA:
1). Di dalam “Kitab Karomah Para Wali” Wali mampu menghatamkan Alquran 360.000. kali dalam waktu sehari semalam (24 Jam). Bagaimana pendapat saudara ?

JAWABAN:

Tidak perlu saya jawab karena hanya sebuah Asumsi. Refrensi soal-nya tidak jelas.
------

PERTANYAAN KE DUA:

Adakah tuntunan dari Rosul tentang kaifiyah “zikir berjamaah, suara keras, geleng-geleng (tamayul kata imam asy Syaf’I’i)”?

JAWABAN:

Jawabannya sama dengan tanggapan yg saya sampaikan pada tanggapan narasi di atas.

Mengenai geleng geleng ((tamayul ) , berikut ini hujjahnya:

Saya kutipkan terjemahnya sj:

"Apabila seseorang tidak mampu / tidak mempunyai kesempatan membaca Al-Qur'an , maka pada saat yg demikian itu hendaklah dia tidak meninggalkan Kalimat Tauhid yg mana kalimah ini merupakan inti sari/ isi paling pokok kitab suci Al-Qur'an dan dzikir yang paling utama dan paling agung .
Dia membaca dzikir setiap hari dengan keras atau pelan menurut kemampuannya dengan menoleh ke kanan ketika menafikan dan menoleh ke kiri ketika mengitsbatkan, seperti apa yg diajarkan oleh Baginda Rosululloh saw kepada putra pamannya dan kholifahnya suami Sayyidah Fatimah Al-Batul, yakni Sayyidinaa Ali Rodliyallohu Anhuma.
(Kitab Tuhfatul Ussyaq halaman :21)

-------
.
PERTANYAAN KE TIGA:

Apa nama thoriqot yang diajarkan Rosulullah kepada para sahabat (Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Dll) ? atau dengan bahasa lain Rosulullah termasuk dalam thoriqoh apa ?

JAWABAN:

Pada masa Rosululloh saw dan para Shohabatnya, Thareqat belum ada penyebutan namanya , namun yg ada adalah bentuk amaliahnya yg ditunjukkan dalam bentuk perilaku peribadatannya dan kehidupannya

Sebagai contoh:
Dalam perilaku kehidupan Rosululloh saw menunjukkan bahwa pribadi Nabi Muhammad saw sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali melakukan tahannust dan khalwat di Gua Hira’ di samping untuk mengasingkan diri dari masyarakat Makkah yang sedang mabuk mengikuti hawa nafsu keduniaan.
Tahhanust dan Khalwat nabi adalah untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh problematika dunia yang cukup kompleks di masanya
Proses khalwat Nabi tersebutlah yang kemudian pada perkembangannya disebut THAREQAT sekaligus diajarkannya kepada Sayyidina Ali ra. .
Kemudian Ali mengajarkan kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya sampai kepada Syeikh Abdul Qodir Jaelani, sehingga tarekatnya dinamai Qodiriyah. Sebagaimana dalam silsilah tarekat Qadiriyah yang merujuk pada Ali dan Abdul Qadir Jaelani dan seterusnya adalah dari Nabi Muhammad saw, dari Malaikat Jibril dan dari Allah Swt.

Jadi penamaan terhadap Jam'iyyah THAREQAT penamaannya baru muncul setelah masa Shohabat Nabi.
Suka • Balas • 6 Maret pukul 23:35

Aman Abdul Rachman
-----------------------
Alhamdulillah sesi pertama sdh selesai, sekarang kita masuk ke sesi kedua.

Adapun pada sesi kedua ini aturan memang agak sedikit berbeda. Pada sesi ini nara sumber boleh bertanya dan atau mengomentari/menanggapi jawaban dari masing-masing nara sumber pada sesi pertama. Adapun kompisisinya tetap sama yaitu hanya boleh mengomentari 3 point saja seperti pada sesi pertama:
Penjelasannya bisa 2 point utk bertanya dan 1 point utk tanggapan, bisa juga 1 point bertanya dan 2 point tanggapan, bisa pula 3 point digunakan hanya utk tanggapan, atau bisa juga 3 point semua hanya utk bertanya.
Suka • Balas • 9 Maret pukul 19:30
.
Rois Al-Faruq
--------------
Assalamu'alaikum.wr.wb...moderator terhormat blm mengakomodir pendapat saya...bagaimana mungkin sesi kedua akan dimulai jikalau diskusi ini blm memiliki kesepakatan, bukankah ini lapak diskusi bukan lapak introgasi yg hanya mengikuti aturan main moderator...kita sepakati terlebih dahulu ending dr sesi 1....
Suka • Balas • 1 • 9 Maret pukul 19:55
.
Aman Abdul Rachman
-----------------------
Mas Ust. Rois Al-Faruq sdh sy jelaskan utk sesi pertama sdh dianggap selesai. Jika menurut antm pada sesi pertama ada pertanyaan yg tdk dijawab secara tuntas oleh YAi Nashrul Mukmin, maka bisa diajukan lagi pada sesi yg kedua. Karena pada sesi kedua bisa memilih bisa mengajukan tanggapan atau pertanyaan. Bisa dipahami Mas Ust. Rois Al-Faruq........... smile emotikon
Suka • Balas • 9 Maret pukul 20:15
.
Rois Al-Faruq
--------------
Oke...bisa dimulai...
Suka • Balas • 9 Maret pukul 20:20
.
Aman Abdul Rachman
-----------------------
Baiklah klo gitu, diskusi sesi kedua ini bisa kita mulai, meskipun sy blm mendptkan konfirmasi dari Yai Nashrul Mukmin. SAmbil menunggu kehadiran Yai Nashrul Mukmin, utk sesi kedua ini sy persilahkan kepada Mas Ust. Rois Al-Faruq utk mengawalinya..
Suka • Balas • 9 Maret pukul 20:57
.
Rois Al-Faruq
--------------
Trimakasih..saya akan mengajukan 3 pertanyaan.
Pertama:
Berdasarkan dalil "wahai orang2 yang beriman masukklah ke dalam islàm secara keseluruhan (QS Al baqarah 208). Serta ada brp dalil yang tidak dipertikaikan lagi mengenai perintah untuk menutup aurat ( 1."wahai Muhammad katakanlah kpd istri2mu anak2 perempuanmu dan istri2 orang mukmin hendaklah mereka mengulurkqn jilbabnya...QS. Al Ahzab 33). 2. An nur 31. 3. Al a'raaf 26 dll)4. Hadist "wahai anak ku fatimah adapun perempuan2 yg akan diganyung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka afalah mereka itu di dunia tifak mau menutup rambutnya daripada di lihat oleh lelaki yang bukan mahromnya" (H.R. Bukhori dan Muslim).
Bagaimana anda menyikapi fenomena istri2 dan anak2 pengikut thoriqoh yang tidak menutup aurat?
.
Kedua :
Kita mengetahui bersama bahwa dalam tèori kehidupan ada istilah "Product atau hasil yang di perlihatkan berdasarkan dari sistem yang di rangkai secara sitematis". Bagaimana sdr. Nashrul mukmin menyikapi produk tasawwuf seperti Abu Jundullah?
.
Ketiga:
Bagaimana aqidah thoriqoh tasawwuf tentang Allah, Malaikat, Rosul, Syurga dan Neraka, Iblis dan Fir'aun, serta wali-wali Allah?
Syukron kepada moderator...
Suka • Balas • 9 Maret pukul 22:24
.
Aman Abdul Rachman
-----------------------
Baiklah, sy ucapkan trm ksh kepada Mas Ust. Rois Al-Faruq atas pertanyaannya. Tampaknya pada sesi kedua ini Mas Ust. Rois Al-Faruq lbh memilih bertanya ketimbang mengomentari/menanggapi
.
SELANJUTNYA Sy persilahkan kepada Yai Nashrul Mukmin utk menjawab pertanyaan2 tersebut.
Suka • Balas • 9 Maret pukul 22:38
.
Nashrul Mukmin
-----------------
Assalaamu'alaikum warohmatullohi wa barokaatuhu.

Bismillahir Rohmaanir Rohiim.
Allahumma Sholli 'Ala Sayyidinaa Muhammaddinil Faatihi Lima Ughliqo Wal Khotimi Lima Sabaqo,
Wa Nashiril Haqqi Bil Haqqi Wal Hadi Ilaa Shirotikal Mustaqim Wa Shollallohu 'Alihi Wa 'Alaa Alihi W a Shohbihi Haqqo Qodrihi Wa Miq Darihil Adzim.

Alhamdulillah Sdr Rois Al-Faruq telah berkenan hadir utk melanjutkan kembali jalannya diskusi yg kini masuk pada sesion yg ke dua, setelah beberapa hari sempat of line .

Terimakasih saya haturkan kepada Sdr Rois Al-Faruq atas tiga pertanyaan yg telah diajukan yg sungguh sangat begitu berbobot.

PERTANYAAN PERTAMA:
1. Bagaimana anda menyikapi fenomena istri2 dan anak2 pengikut thoriqoh yang tidak menutup aurat?

TANGGAPAN :
Mensikapi kondisi sebagaimana yg anda tanyakan tsb, sikap saya:
a. Saya jelas merasa prihatin.
b. Bila terbukanya aurot tsb tdk pada tempatnya yg memang boleh utk membukanya, maka hal tsb tetap merupakan perbuatan dosa.
c. Kema'siyatan yg telah dilakuakn oleh keluarga dari seorang Pelaku Thareqat, tidak lantas menjadi parameter SESAT DAN TIDAKNYA Tasawwuf dan Thareqat .sebagai suatu Jam'iyyah
-------

PERTANYAAN KE DUA:
2. Bagaimana sdr. Nashrul mukmin menyikapi produk tasawwuf seperti Abu Jundullah?
.
TANGGAPAN :
a. Bila hasil produc yg anda maksudkan adalah person atau pribadi Sdr Abu Jundulloh, dan Tassawuf serta Thareqat sebagai pembuat producnya, maka kepribadian Sdr Abu Jundulloh yg divisualisasikan dlm bentuk penyampaian beberapa komentar yg tendensius, maka Sdr Abu Jundulloh adalah merupakan hasil produc yg gagal.
Dan kegagalan produk tsb juga tdk bisa dijadikan sebagai parameter SESATN ATAU TIDAKYA Tasawwuf serta Thareqat sebagai suatu Jam'iyyah.
Sebab kegagalan tsb lebih dikarenakan oleh belum mampunya Sdr Abu Jundulloh dlm mengiplementasikan ajaran Thareqat dan Tasawwuf sebagai akibat belum mampunya dalam mengendalikan nafsunya .
.
b. Bila hasil produk yg dimaksudkan adalah komentar yg diposting Sdr Abu Jundulloh di atas beberapa waktu lalu yg diberi judul TASAWUF , dan Sdr Abu Jundulloh sebagai yg mengeluarkan produk, maka saya membenarkan dan sepakat terhadap isi komentarnya di atas.
--------
.
PERTANYAAN KE TIGA:

3.Bagaimana aqidah thoriqoh tasawwuf tentang Allah, Malaikat, Rosul, Syurga dan Neraka, Iblis dan Fir'aun, serta wali-wali Allah?
.
TANGGAPAN:
a. Dalam aqidah Tasawwuf dan Thareqat tentang Alloh swt.
Alloh swt adalah Dzat yg maha segala galanya dalam keagungan dan kemuliaan-NYA sebagaimana yg terangkum dalam Asmaul Husna , Dzat yg menjadi makshud dan tujuan dalam kecintaan dan pengenalan yg senantiasa diharapkan Rohmat dan Ridlo-NYA oleh para Mutashowwif dan Pelaku Thareqat.

b. Adapun Malaikat, Rosul, Surga , Neraka, serta wali wali Alloh dan seluruh yg selain Alloh swt, kesemuanya adalah Makhluq yg dijadikan oleh Alloh sebagai alat atau media atau sarana bagi hamba-NYA utk menggapai Rohmat serta Ridlo dari Alloh swt..

Wallohu a'lam bishowwab
Suka • Balas • 1 • 10 Maret pukul 1:43
.
Aman Abdul Rachman
-----------------------
Oke sy ucapakan terima kasih kepada Yai Nashrul Mukmin atas jawaban2nya.

Selanjutnya, sy persilahkan kepada Yai Nashrul Mukmin utk bertanya kepada Mas Ust. Rois Al-Faruq. Boleh bertanya atau boleh juga menanggapi. Monggo.......
Batal Suka • Balas • 2 • 10 Maret pukul 6:19
.
Nashrul Mukmin
-----------------
Terimakasih Sdr Moderator atas kesempatan yg diberikan kpd sy utk menanggapi atau mengajukan pertanyaan kpd Sdr Rois Al-Faruq.

1. MENANGGAPI
Dalam komentar Sdr Rois Al-Faruq ketika menjawab pertanyaan sy pada sesion pertama , jawaban yg anda paparkan telah terjadi kontradiksi yg sulit utk ditolerir antara paparan yg telah anda sampaikan sebelumnya dg jawaban yg anda uraikan berikutnya.

Satu sisi anda katakan bahwa Ustadz Basalamah dkk meskipun mereka bukan ulama salaf namun mereka merujuk kepada para ulama Salaf. Dan ulama yg dimaksudkan sebagai ulama salaf tsb adalah para Imam Madzhab yg 4, yaitu Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam As-Syafi'i dan Imam Hanbali.

Sementara faktanya apa apa yg telah disampaikan oleh Ustadz Basalamah dkk terhadap Tashawwuf / Thareqat telah terjadi kontradiksi atau bertolak belakang dengan qoul atau fatwa para ulama salaf yaitu Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam As-Syafi'i dan Imam Hanbali.

Dengan demikian maka statmen anda yg mengatakan bahwa apa apa yg disampaikan oleh Ustadz Basalamah dkk dalam perihal Tasawwuf dan Thareqat telah merujuk kepada qoul atau fatwa para ulama salaf adalah merupakan KEDUSTAAN BELAKA.

2. PERTANYAAN PERTAMA:
Sdr Rois Al-Faruq. kalau ada dua qoul atau fatwa dari ulama Salaf dan ulama Kholaf yg isinya bertentangan antara keduanya , kalau menurut Anda qoul atau fatwa ulama yg mana yg harus diunggulkan atau yg layak utk dijadikan rujukan????

3. PERTANYAAN KE DUA:
Sdr Rois Al-Faruq, Dari sepengetahuan anda , keberadaan Jam'iyyah Thareqat yg mu'tabaroh khususnya yg di bawah naungan JATMAN (Jam'iyyah Ahlit Thareqat Al-Mu'tabaroh An -Nahdliyah) adakah yg telah menyelisihi Al-Qur'an dan Hadits Rosululloh saw, kalau misalnya ada kira kira :
Al-Qur'an Juz berapa, apa nama Surohnya dan Ayat berapa serta Hadits Rosululloh saw yg mana, Sipa perawinya, bagaimana sanadnya, seperti apa susunan mattan haditsnya dan bagaimana derajat haditsnya yang telah diselisihi oleh Thareqat tsb???

DEMIKIAN satu tanggapan dan dua pertanyaan yg dapat saya sampaikan pada sesi tanya jawab di sesion kedua ini.
Suka • Balas • 2 • 10 Maret pukul 7:58
.
Aman Abdul Rachman
-----------------------
Ok sy ucapkan trm ksh kepada Yai Nashrul Mukmin atas 1 tanggapan dan 2 pertanyaa telah dipaparkan oleh beliau,
.
Pada kesempatan kali ini sy persilahkan kepada Mas Ust. Rois Al-Faruq utk menanggapi perihal tanggapan dan pertanyaan dari Yai Nashrul Mukmin
Batal Suka • Balas • 1 • 10 Maret pukul 20:21
.
Rois Al-Faruq
--------------
Terima kasih moderator atas kesempatan yang diberikan
(1). TANGGAPAN PERTAMA mengenai komentar yang diberikan atas paparan saya sampaikan disesi pertama. Pada dasarnya untuk dipahami bersama bahwa sebenarnya tidak ada kontradiksi pernyataan Ustadz Khalid Basalamah dengan perdapat para ulama salaf, yang ada hanyalah perbedaan pandangan dan pola pikir ketika memahami sebuah informasi dan data yang muncul dalam setiap pernyataan yang (LIHAT DASAR DAN PERKEMBANGAN). Mari kita analisa bersama tentang persepektif berlainan yang muncul. Pertama kesepahaman tentang ulama salaf dan ulama kholaf, sudah jelas ulama salaf lahir dan berada masa-masa awal hijriah <300H. Sementara ulama khlaf menghidupkan kembali tradisi salaf. Kedua mengenai perspektif anda tentang kontrdiktif yang muncul sebenarnya bias kita luruskan bahwa ada perbedaan sudut pandang “Kontek” kata Tasawwuf”. Kata tasawwuf yang dimaksudkan para ulama generasi awal adalah merujuk pada makna “CARA BERIBADAH DALAM MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH” Bukanlah merujuk pada sebuah “ALIRAN” atau “MANHAJ DAKWA”, karena pada masa kenabiaan dan para sahabat belum ada aliran-aliran yang muncul. Karena kalau merujuk pada makna Cara Beribadah Dalam Mendekatkan Diri Kepada Allah, maka tidak akan thoriqoh-thoriqoh tasawwuf, justru banyaknya thoriqoh-thoriqoh tasawwuf karena memandang sebuah ALIRAN atau MANHAJ DAKWA. Sementara yang dibicara oleh Ustadz Khalid Basalamah kata tasawwuf yang bermakna ALIRAN yang merupakan penyimpangan dari kata tasawwuf itu sendiri.

Pertanyaan KEDUA :
Kalau ada pertentangan qoul atau fatwa antara ulama kholaf, mana yg harus jd rujukan? Yang sangat dekat dengan DALIL atau bahasa lain utamakanlah DALIL. Bukankah 4 imam madzab berkata tinggalkan pendapat mereka bila menyelisihi sunnah. Perkataan para imam yang saya pakai untuk menjawab. Dan keempat imam madzab melarang TAKLIQ BUTA.

Pertanyaan KETIGA: Dari sepengetahuan anda, keberadaan JATMAN. Adakah yang menyelisih Al Quran dan Assunnah?
Maka saya katakan BANYAK.
PERTAMA LIHAT AQIDAH YANG SAYA PAPARKAN. Salah satunya Aqidah terhadap Allah.
1. Aqidah “al-hulul” yaitu (inkarnasi, penitisan/penjelmaan Tuhan dalam diri manusia) seperti pendapat “Al-Hallaj” menyebabkan ia memaklumkan dirinya sebagai &kebenaran& dengan ucapan &anal Haq& (Akulah Kebenaran). Al-Haq adalah salah satu nama Tuhan. Dengan perkataannya itu berarti ia mengaku: &Akulah Tuhan&. Maka Al-Hallaj yang lahir di Fars, Parsi (Iran) 244H/858M ini dihukum bunuh pada tanggal 24 Zulqa'dah tahun 309H/26 Maret 922M, di Baghdad di bawah kekhalifahan Abbasiyah, khalifah ke-18 dari 37 khalifah, yang berkuasa pada tahun 295-320H/908-932M. Selain Al-Hallaj dituduh membawa paham yang menyesatkan (paham hulul), ia juga dituduh mempunyai hubungan dengan “Syi'ah Qaramitah”, suatu kelompok Syi'ah garis keras yang dipimpin oleh Hamdan bin Qarmat yang menentang pemerintahan Dinasti Abbasiyah sejak abad ke-10 sampai abad ke-11. (lihat Ensiklopedi Islam, Kafrawi Ridwan dkk ed, PT Ichtiar Baru van Hoeve Jakarta, cet V, 1999, huruf H, hal 74-75).

2. Aqidah “wihdatul wujud” yaitu (manunggaling kawula Gusti, bersatunya hamba dengan Tuhan, lihat pada Bab Nur Muhammad, Hakekat Muhammad, dan Wihdatul Wujud) di mana tidak ada pemisahan antara “Khaliq dan makhluk”. Inilah aqidah yang terakhir yang tersebar sejak abad ketiga Hijriyah sampai hari ini, dan diterapkan akhir-akhir ini oleh setiap tokoh tasawwuf. Yang paling terkenal dalam aqidah ini adalah Ibnu 'Arabi, Ibnu Sab'in, At-Tilmasani, Abdul Karim Al-Jilli, Abdul Ghani An-Nablisi dan para tokoh tarekat-tarekat shufisme baru pada umumnya. (Fadhoihus Shufiyyah, hal 44, Al-Fikrus Shufi cet 4, hal 58, As-Shufiyyah aqidah wa ahdaf, hal 21, terjemahannya, hal 23-24).

3. Aqidah “ittihad” yaitu bersatunya seorang sufi (tasawwuf) sedemikian rupa dengan Allah SWT setelah terlebih dahulu melalui penghancuran diri (fana') dari keadaan jasmani dan kesadaran rohani untuk kemudian berada dalam keadaan baka' (tetap/bersatu dengan Allah SWT). Paham ittihad pertama kali dikemukakan oleh shufi Abu Yazid al-Bustami (meninggal di Bistam, Iran, 261H/ 874M). Pada suatu waktu dalam pengembaraannya, setelah shalat subuh Yazid al-Bustami berkata kepada orang-orang yang mengikutinya: Innii ana Allah laa ilaaha illaa ana fa'budnii (Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tiada Tuhan melainkan aku, maka sembahlah aku).& Mendengar kata-kata itu, orang-orang yang menyertainya mengatakan bahwa al-Bustami telah gila. Menurut pandangan para shufi, ketika mengucapkan kata-kata itu, al-Bustami sedang berada dalam keadaan ittihad, suatu maqam (tingkatan) tertinggi dalam paham tasawwuf. Lihat (Ensiklopedi Islam, huruf I, halaman 286-287). Orang shufi pula menyebutnya ulama syari'at karena dianggap tidak mengetahui yang batin atau yang ghaib. Lihat (Bab aqidah). DAN LIHAT AQIDAH BERIKUTNYA.........

KEDUA: Lihat jawaban sdr. Nashrul Mukmin dr peetanyaan saya mengenai Aqidah : Mereka menjadika Iblis dan Firaun sebagai media untuk menggapai rohmat serta ridho Allah, maka mungkin bisa terjadi sedangkan IBLIS DAN FIRAUN ADALAH MUSUH ALLAH. Ini jelas menyelisihi Alquran dan assunnah.

KETIGA: Mereka mengambil ilmu syariat Tidak dari Rosulullah, Lihat paparan Nashrul Mukmin, bunyinya "DARI SUFYAN BERKATA KALAU BUKAN HASYIM ASYSHUFI MAKA SAYA TIDAK MENEMUKAN KATA RIYA' SECARA DETIL. Ini menandakan petunjuk Rosul tidaklah cukup untuk menjelaskan riya' secara utuh.

DALIL-DALIL:
1. Allah berfirman:

&Katakanlah! Tidak ada yang dapat mengetahui perkara ghaib di langit dan di bumi kecuali Allah.& (An-Naml: 65).

Mereka meyakini wali-wali mereka bisa melihat perkara ghaib.

2. Nabi SAW telah menegaskan:

“Wallahi innii larosuulullaah, laa adrii maa yaf'alu bii ghodan”.

Artinya Demi Allah, sesungguhnya aku ini pasti utusan Allah, (tetapi) aku tidak tahu apa yang akan Allah kerjakan padaku esok.& (Hadits Riwayat Al-Bukhari 3/ 358, 6/223 dan 224, 8/ 266 dalam Fathul Bari; dan riwayat Imam Ahmad 6/ 436 dari Ummul 'Ala' Al-Andhariyah dengan semacamnya).

Allah SWT berfirman :

&Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.&(Al-An`am:153).…

Dan firman Allah SWT :

&Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.& (Al-Hasyr: 7).

&...Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.& (An-Nur:63).

Rosulullah SAW bersabda :

“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim no. 867)

Dalam riwayat lain Rosulullah SAW bersabda :

“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan yang disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka” (HR. An Nasa’i no. 1578, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan An Nasa’i)

KEMUDIAN---Mengenai perkataan Syekh Abu Muhammad Al Juwaini “Kesimpulan ulama tasawwuf adalah keluarga khusus dan orang-orang khusus Allah yang diharapan turunnnya rahmat dengan menyebut nama mereka dapat turunnya hujan dengan perantara doa mereka (Tajuddun as subuki)” ini sangat bertetangan dengan hadits berikut :

“Ya Allah, sesungguhnya dahulu ketika berdoa kepada-mu kami bertawassul dengan Nabi-Mu, Engkau pun menuruhkan hujan kepada kami. Dan sekarang kami bedoa kepada-Mu dengan bertawassul dengan paman Nabi kami, maka berilah kami hujan.” (HR. Bukhari).

Kalaulah boleh bertawassul dengan orang mati tentulah para sahabat akan bertawassul langsung dengan Rosulullah SAW. Hal semacam ini kata Imam asy Syafi’i “KUBURI” bukan menyembah kubur yang dimaksud tetapi meminta kepada orang mati. (Al Umm).
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan yang disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka” (HR. An Nasa’i no. 1578, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan An Nasa’i)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at kepada pemimpin walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Karena barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnah-ku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mereka itu telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Jauhilah dengan perkara (agama) yang diada-adakan karena setiap perkara (agama) yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. At Tirmidzi no. 2676. ia berkata: “hadits ini hasan shahih”)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَ اللهَ حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ كُلِّ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعْ بِدْعَتَهُ

“Sungguh Allah menghalangi taubat dari setiap pelaku bid’ah sampai ia meninggalkan bid’ahnya” (HR. Ath Thabrani dalam Al Ausath no.4334. Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 54).

Adapun rentetan yang lainnya silahkan buka kitab yang bernama KITAB AL QURAN dan KITAB HADITS (shahjh Bukhori dll, karena kita disini tidak untuk mengkaji Ilmu Hadist.
Dan masih banyak dalil dalil lainnya....
Wallahualam

Kalau kurang dalil dalilnya besok saya kirim lagi, gimna moderator, bisa diakamodir...?
Suka • Balas • 10 Maret pukul 22:53
.
Aman Abdul Rachman
-----------------------
Alhmdlh dari beberapa tanggapan/ pertanyaan Yai Nashrul Mukmin telah ditanggapi oleh Mas Ust. Rois Al-Faruq..
Baiklah kita lanjutkan pada sesi yang terakhir yaitu sesi ketiga.

Pada sesi ini sy minta kepada para sumber Mas Ust. Rois Al-Faruq dan Yai Nashrul Mukmin untuk membuat sebuah kesimpulan dari rangkuman sesi pertama dan kedua. Nantinya kesimpulan tersebut bermuara pada "APAKAH ALIRAN TASAWUF ITU SESAT ATAU TIDAK?
Baiklah utk sesi ketiga ini yg akan mengawalinya adalah Mas USt. Rois Al-Faruq
Suka • Balas • 1 • Kemarin pukul 13:52
.
Rois Al-Faruq
---------------
Baik saya akan mulai meramkum moderator...
Saya akan memulai dengan (1). "AKIDAH-AKIDAR KUFUR THORIQOH SHUFI TASAWWUF" Karena dalam diskusi sdr. Nashrul Mukmin tidak menanggapi sama sekali.

I. “Aqidah Shufi Tasawwuf Mengenai Allah”

Aqidah “al-hulul” yaitu (inkarnasi, penitisan/penjelmaan Tuhan dalam diri manusia) seperti pendapat “Al-Hallaj” menyebabkan ia memaklumkan dirinya sebagai &kebenaran& dengan ucapan &anal Haq& (Akulah Kebenaran). Al-Haq adalah salah satu nama Tuhan. Dengan perkataannya itu berarti ia mengaku: &Akulah Tuhan&. Maka Al-Hallaj yang lahir di Fars, Parsi (Iran) 244H/858M ini dihukum bunuh pada tanggal 24 Zulqa'dah tahun 309H/26 Maret 922M, di Baghdad di bawah kekhalifahan Abbasiyah, khalifah ke-18 dari 37 khalifah, yang berkuasa pada tahun 295-320H/908-932M. Selain Al-Hallaj dituduh membawa paham yang menyesatkan (paham hulul), ia juga dituduh mempunyai hubungan dengan “Syi'ah Qaramitah”, suatu kelompok Syi'ah garis keras yang dipimpin oleh Hamdan bin Qarmat yang menentang pemerintahan Dinasti Abbasiyah sejak abad ke-10 sampai abad ke-11. (lihat Ensiklopedi Islam, Kafrawi Ridwan dkk ed, PT Ichtiar Baru van Hoeve Jakarta, cet V, 1999, huruf H, hal 74-75).

2. Aqidah “wihdatul wujud” yaitu (manunggaling kawula Gusti, bersatunya hamba dengan Tuhan, lihat pada Bab Nur Muhammad, Hakekat Muhammad, dan Wihdatul Wujud) di mana tidak ada pemisahan antara “Khaliq dan makhluk”. Inilah aqidah yang terakhir yang tersebar sejak abad ketiga Hijriyah sampai hari ini, dan diterapkan akhir-akhir ini oleh setiap tokoh tasawwuf. Yang paling terkenal dalam aqidah ini adalah Ibnu 'Arabi, Ibnu Sab'in, At-Tilmasani, Abdul Karim Al-Jilli, Abdul Ghani An-Nablisi dan para tokoh tarekat-tarekat shufisme baru pada umumnya. (Fadhoihus Shufiyyah, hal 44, Al-Fikrus Shufi cet 4, hal 58, As-Shufiyyah aqidah wa ahdaf, hal 21, terjemahannya, hal 23-24).

3. Aqidah “ittihad” yaitu bersatunya seorang sufi (tasawwuf) sedemikian rupa dengan Allah SWT setelah terlebih dahulu melalui penghancuran diri (fana') dari keadaan jasmani dan kesadaran rohani untuk kemudian berada dalam keadaan baka' (tetap/bersatu dengan Allah SWT). Paham ittihad pertama kali dikemukakan oleh shufi Abu Yazid al-Bustami (meninggal di Bistam, Iran, 261H/ 874M). Pada suatu waktu dalam pengembaraannya, setelah shalat subuh Yazid al-Bustami berkata kepada orang-orang yang mengikutinya: Innii ana Allah laa ilaaha illaa ana fa'budnii (Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tiada Tuhan melainkan aku, maka sembahlah aku).& Mendengar kata-kata itu, orang-orang yang menyertainya mengatakan bahwa al-Bustami telah gila. Menurut pandangan para shufi, ketika mengucapkan kata-kata itu, al-Bustami sedang berada dalam keadaan ittihad, suatu maqam (tingkatan) tertinggi dalam paham tasawwuf. Lihat (Ensiklopedi Islam, huruf I, halaman 286-287). Orang shufi pula menyebutnya ulama syari'at karena dianggap tidak mengetahui yang batin atau yang ghaib. Lihat (Bab aqidah).

SUNGGUH AQIDAH INI (wihdatul wujud, al-hulul, ittihad) SEBURUK-BURUKNYA AQIDAH, AQIDAH YANG LEBIH KUFUR DARI PADA YAHUDI DAN NASRANI. (Ust. Abdul Hakim).

II. “Aqidah Shufi Tasawwuf Mengenai Rosulullah”

Shufisme dalam hal mempercayai Rasulullah juga ada bermacam-macam aqidah. Di antaranya ada yang menganggap bahwa Rasul SAW tidak sampai pada derajat dan keadaan mereka (orang-orang shufi). Dan Nabi SAW (dianggap) jahil (bodoh) terhadap ilmu tokoh-tokoh tasawwuf seperti perkataan Busthami: &Kami telah masuk lautan, sedang para nabi berdiri di tepinya&. Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, “ya 'Ibadallaah” menisbatkan perkataan tersebut kepada At-Tijani (pendiri thoriqoh At-Tijaniyah). Lalu Al-Jazairi berkomentar: Kelanjutan ucapan At-Tijani “ini bahwa quthub-quthub” (wali-wali yang ada di kutub-kutub dunia) shufi itu menurut pendapat mereka lebih tahu dibanding Nabi-nabi tentang Allah dan lebih mengerti tentang syari'atNya yang mengandung kecintaan dan kemarahan. Lihat (Ila at-Tashawwuf ya 'Ibadallaah, Jam'iyyah Ihyait Turats Al-Islami, halaman 40).

Di antara mereka (orang-orang shufi) ada yang mempercayai bahwa Rosul Muhammad itu adalah kubah alam, dan dia itulah Allah yang bersemayam di atas Arsy, sedangkan langit-langit, bumi, arsy, kursi, dan semua alam itu dijadikan dari nurnya (nur Muhammad), dan dialah awal kejadian, yaitu yang bersemayam di atas Arasy Allah. Inilah aqidah Ibnu Arabi dan orang-orang yang datang setelahnya/pengikutna. Lihat (fadhoihus Shufiyyah, hal 44-45, Al-fikrus Shufi, hal 58-59, As-Shufiyyah Aqidah wa Ahdaf, hal 22, terjemahnya halaman 24-25).

III. “Aqidah Shufi Tasawwuf Mengenai Wali-wali”

Dalam hal aqidah ini di antara mereka ada yang melebihkan wali di atas nabi. Pada umumnya orang shufi menjadikan wali itu menyamai/sejajar dengan Allah dalam segala sifatnya, maka ia (wali) itu mencipta, memberi rizki, menghidupkan, mematikan, dan mengatur alam.

Shufi membagi-bagi wali menjadi beberapa bagian, ada yang disebut wali Al-Ghauts yang mempunyai kemauan sendiri dalam segala sesuatu di dunia ini, dan ada 4 Wali Kutub yang memegangi pojok-pojok yang empat di dunia ini atas perintah wali Al-Ghauts. Dan ada wali Abdal yang tujuh, masing-masing mempunyai kekuasaan di satu benua dari 7 benua atas perintah wali Al-Ghauts. Dan ada wali Nujaba', yang mereka itu memiliki kekuasaan di kota-kota setiap wilayah di kota. Di kota-kota, demikianlah seterusnya, maka jaringan wali-wali internasional ini menguasai makhluk, dan mereka punya dewan tempat mereka berkumpul yaitu di Gua Hira', setiap malam mereka melihat taqdir. (Tasawwuf Belitan Iblis).

IV. “Aqidah Shufi Tasawwuf Mengenai Surga dan Neraka”

“Syurga” Orang-orang shufi berkeyakinan bahwa menuntut surga merupakan suatu aib besar. Seorang wali tidak boleh menuntutnya (mencari surga) dan barangsiapa menuntutnya, dia telah berbuat aib. Menurut mereka, yang patut dituntut adalah al-fana' (menghancurkan diri dalam proses untuk menyatu dengan Allah SWT) yang mereka klaim (dakwakan) terhadap Allah, dan melihat keghaiban, dan mengatur alam. Inilah surga orang shufi yang mereka klaim. Adapun mengenai “Neraka”, orang-orang shufi berkeyakinan juga bahwa lari darinya itu tidak layak bagi orang shufi yang sempurna. Karena takut terhadap neraka itu watak budak dan bukan orang-orang merdeka. Di antara mereka ada yang berbangga diri bahwa seandainya ia meludah ke neraka pasti memadamkan neraka, seperti kata Abu Yazid al-Busthami (Parsi, w. 261H/ 874M).

Dan orang Shufi yang berkeyakina dengan Wahdatul Wujud (menyatu dengan Tuhan), di antara mereka ada yang mempercayai bahwa orang-orang yang memasuki neraka akan merasakan kesegaran dan keni'matannya, tidak kurang dari keni'matan surga, bahkan lebih. Inilah pendapat Ibnu Arabi dan aqidahnya. LIhat (Fadhoihus Shufiyyah, hal 46). Seperti disebutkan dalam buku Ibnu Arabi, Fushushul Hukm.

Keadaan yang diupayakan oleh orang-orang shufi untuk diwujudkan yaitu beribadah kepada Allah tanpa mengharapkan (surga) dan tanpa merasa takut (neraka), maka menyeret mereka kepada bencana. Mereka berusaha kepada tujuan yang lain dengan ibadah yaitu yang disebut fana' (meleburkan diri) dengan Tuhan, dan ini menyeret mereka kepada al-jadzdzab (merasa melekat dengan Tuhan), kemudian menyeret mereka pula kepada al-hulul (inkarnasi/penjelmaan Tuhan dalam diri manusia), kemudian menyeret mereka pula pada puncaknya kepada wihdatul wujud (menyatunya Tuhan dengan hamba/manunggaling kawula Gusti). Lihat (As-Shufiyyah aqidah wa ahdaf, hal 26-27).

V. “Aqidah Shufi Tasawwuf Mengenai Iblis dan Fir’aun”

Mengenai iblis, kebanyakan orang shufi, khususnya para penganut kepercayaan wihdatul wujud, berkeyakinan bahwa iblis adalah hamba yang paling sempurna dan makhluk yang paling utama tauhidnya. Karena menurut anggapan mereka, iblis tidak mau sujud kecuali kepada Allah. Dan mereka mengklaim bahwa Allah telah mengampuni dosa-dosa iblis dan akan memasukkannya ke surga. Demikian pula anggapan mereka, Fir'aun adalah seutama-utamanya orang yang mentauhidkan (mengesakan) Allah (muwahhidien). Karena Fir'aun berkata: &Saya adalah Tuhanmu yang tertinggi& maka ia mengetahui hakekat, karena setiap yang wujud itu adalah Allah, kemudian dia (Fir'aun) menurut klaim mereka, telah beriman dan masuk surga. Lihat (Syarh Fushushul Hukm, halaman 418, Fadhoihus Shufiyyah, hal 47, As-Shufiyyah Aqidah wa Ahdaf, hal 27-28, Al-Fikrus shufi, hal 60).
Begitu juga tentang pengambilan sumber syari'at... Adapun agama shufisme (Ad-Dienus Shuufii) “istilah Abdur Rahman Abdul Khaliq” yang mereka jadikan sumbernya adalah bisikan yang didakwakan datang kepada para wali, dan kasyf (terbukanya tabir hingga mereka tahu yang ghaib) yang mereka dakwakan, dan tempat-tempat tidur (mimpi-mimpi), perjumpaan dengan orang-orang mati yang dulu-dulu, dan (mengaku berjumpa) dengan Nabi Khidhir 'alaihis salaam, bahkan dengan melihat Lauh Mahfudh, dan mengambil (berita) dari jin yang mereka namakan para badan halus (ruhaniyyin).

Pembuatan syari'at mereka didirikan di atas mimpi-mimpi (tidur), Khidhir, jin, orang-orang mati, syeikh-syeikh, semua mereka itu dijadikan pembuat syari'at. Oleh karena itu jalan-jalan dan cara-cara pembuatan syari'at tasawwuf itu bermacam-macam. Sampai-sampai mereka mengatakan: Jalan-jalan menuju Allah itu sebanyak bilangan nafas makhluk-makhluk. Maka tiap-tiap syeikh memiliki tarekat dan manhaj/jalan untuk pendidikan dan dzikir khusus, lambang-lambang khusus dan ungkapan-ungkapan khusus.

Dan orang-orang shufi mempercayai bahwa shalat, puasa, haji dan zakat itu ibadah orang awam. Adapun mereka (orang shufi) maka menamakan diri mereka sebagai orang khas (khusus) atau khashatul khasah/ khawasus khawas (paling khusus). Oleh karena itu mereka memiliki ibadah-ibadah khusus. Lihat (Al-Fikrus Shufi, hal 61).

Imam Sufyan ats-Tsauri, bahwa ia berkata: “Kalau bukan karena Abu Hasyim ash-Shufi maka aku tidak akan pernah mengenal makna riya’ secara detail”. Imam Sufyan ats-Tsauri dalam perkataannya ini menamakan Abu Hasyim dengan “ash-Shûfi” Ini menandakan ulama shufi mempunyai kemampuan melebihi Rosulullah...
(Lihat Paparan Nashrul Mukmin) "Thoriqoh adalah menjauhi semua yang di haramkan.semua larangan dan mengutamakan hal-hal yang boleh oleh syara'.melaksanakan semua perkara yang wajib,dan yang mampu dari perkara sunnah" Ini adalah sebuah kebohongan besar, dari survey sdr. Alamsyah Bin Amran, beliau berkata 50 KK pengikut thoriqoh naqsabandiyah tidak ada yang menutup aurat dan memelihara jenggot. Dan beliau meriwayatkan perkataan pengikut thoriqoh naqsabandiyah Eman Bin Edi Buyung berkata : Hijab hanya diberlakukan wajib pada daerah arab saja. Ini jelas mengingkari Alquran dan Assunnah.
Begitu juga tentang pengambilan sumber syari'at... Adapun agama shufisme (Ad-Dienus Shuufii) “istilah Abdur Rahman Abdul Khaliq” yang mereka jadikan sumbernya adalah bisikan yang didakwakan datang kepada para wali, dan kasyf (terbukanya tabir hingga mereka tahu yang ghaib) yang mereka dakwakan, dan tempat-tempat tidur (mimpi-mimpi), perjumpaan dengan orang-orang mati yang dulu-dulu, dan (mengaku berjumpa) dengan Nabi Khidhir 'alaihis salaam, bahkan dengan melihat Lauh Mahfudh, dan mengambil (berita) dari jin yang mereka namakan para badan halus (ruhaniyyin).

Pembuatan syari'at mereka didirikan di atas mimpi-mimpi (tidur), Khidhir, jin, orang-orang mati, syeikh-syeikh, semua mereka itu dijadikan pembuat syari'at. Oleh karena itu jalan-jalan dan cara-cara pembuatan syari'at tasawwuf itu bermacam-macam. Sampai-sampai mereka mengatakan: Jalan-jalan menuju Allah itu sebanyak bilangan nafas makhluk-makhluk. Maka tiap-tiap syeikh memiliki tarekat dan manhaj/jalan untuk pendidikan dan dzikir khusus, lambang-lambang khusus dan ungkapan-ungkapan khusus.

Dan orang-orang shufi mempercayai bahwa shalat, puasa, haji dan zakat itu ibadah orang awam. Adapun mereka (orang shufi) maka menamakan diri mereka sebagai orang khas (khusus) atau khashatul khasah/ khawasus khawas (paling khusus). Oleh karena itu mereka memiliki ibadah-ibadah khusus. Lihat (Al-Fikrus Shufi, hal 61).
Lihat (Paparan & Pertanyaan sdr. Nashrul Mukmin), Dalam beragama mereka berpijak pada perkataan para ulama tapi tidak berdiri diatas dalil.

Allah SWT berfirman:

Serulah Tuhan kamu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut, karena sesungguhnya Dia tidak suka kepada orang-orang yang melewati batas.& (QS Al-A'raaf: 55).

Allah SWT memuji hamba-Nya, Nabi Zakaria, dengan firman-Nya:

“Tatkala ia berdo'a kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.& (QS 19 Maryam: 3).

Menghindari bersuara keras dalam berdzikir dan berdo'a.

&Ayyuhan naasu irba'uu 'alaa anfusikum fainnakum laa tad'uuna ashomma walaa ghooiban innakum tad'uuna samii'an qoriiban wahuwa ma'akum.

Wahai ummat manusia, kasihanilah dirimu dan rendahkanlah suaramu, kamu tidak menyeru Tuhan yang tuli atau yang gaib (jauh), sesungguhnya kamu menyeru Tuhan yang Pendengar, dekat, dan Dia menyertai kamu.& (Hadits Muttafaq 'alaih). Dalil ini tidak diamalkan oleh orang thoriqoh.
Adapun riwayat dibawah ini adalah riwayat yang bersiifat SEKETIKA atau SUATU WAKTU, dan tidaklah bisa dijadikan Ritual Amalan Karena hukum Allah tidak mungkin bertentangan dengan hukum Allah yang lain. Coba dicermati lagi sdr. Nashrul Mukmin Penjelasan tentang Dzikir Jahr(keras)

1. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari Sahabat Anas radhiyallaah ‘anhu berkata: Telah bersabda Rasulullaah Shollallaah ‘alaih wa sallam: “Apabila kalian menemukan taman-taman surga, maka ramaikanlah ia.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullaah, apakah yang disebut taman surga itu?” Beliau bersabda: “Halaqah dzikir.”

2. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari Zaid ibn Aslam berkata: Berkata ibn Adra’: “Pada suatu malam aku pergi bersama Rasulullaah shollallaah ‘alaih wa sallam, kemudian beliau melewati seorang lelaki di dalam masjid sedang mengangkat suaranya tinggi-tinggi. Aku (ibn Adra’) berkata: ‘Wahai Rasulullaah, barangkali lelaki ini sedang Riya’ (memamerkan ibadahnya)?’ Beliau bersabda: ‘Bukan, dia sedang berdo’a dan mengadu’”. Al-Baihaqi meriwayatkan pula dari ‘Uqbah ibn ‘Amir: Bahwasanya Rasulullaah shollallaah ‘alaih wa sallam bersabda kepada seorang lelaki bernama Dzul Bajadain: “Sesungguhnya dia banyak berdo’a dan mengadu, itu semua karena dia selalu berdzikir kepada Allah Ta’aala”. Al-Baihaqi juga meriwayatkan dari Jabir ibn ‘Abdullah bahwasanya ada seorang lelaki yang meninggikan suaranya ketika berdzikir sehingga lelaki yang lainnya berkata, “Seandainya saja orang ini merendahkan suaranya.” Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam bersabda: “Biarkanlah dia, sesungguhnya dia sedang berdoa dan mengadu.”

3. Telah diriwayatkan oleh al-Imaam al-Bukhari rahimahullah, bahwasanya Abu Hurairah radhiyallaah ‘anhu berkata: Bersabda Rasulullaah shollallaah ‘alaih wa sallam: Alloh Ta’aala berfirman: “Aku mengikuti prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku selalu bersamanya apabila dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku di dalam dirinya (Sirr), maka Aku akan mengingat dia pada diri-Ku (Sirr), apabila dia mengingat-Ku dalam jumlah kelompok yang besar, maka Aku akan menyebut nama mereka dalam kelompok yang jauh lebih baik dari kelompok mereka.”
Beliau al-Imaam as-Suyuthi rahimahullaah berkomentar: “Dan berdzikir dalam kelompok yang besar tidak lain dilaksanakan secara jahr.”
Adapun riwayat dibawah ini adalah riwayat yang bersiifat SEKETIKA atau SUATU WAKTU, dan tidaklah bisa dijadikan Ritual Amalan Karena hukum Allah tidak mungkin bertentangan dengan hukum Allah yang lain. Coba dicermati lagi sdr. Nashrul Mukmin Penjelasan tentang Dzikir Jahr(keras)

1. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari Sahabat Anas radhiyallaah ‘anhu berkata: Telah bersabda Rasulullaah Shollallaah ‘alaih wa sallam: “Apabila kalian menemukan taman-taman surga, maka ramaikanlah ia.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullaah, apakah yang disebut taman surga itu?” Beliau bersabda: “Halaqah dzikir.”

2. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari Zaid ibn Aslam berkata: Berkata ibn Adra’: “Pada suatu malam aku pergi bersama Rasulullaah shollallaah ‘alaih wa sallam, kemudian beliau melewati seorang lelaki di dalam masjid sedang mengangkat suaranya tinggi-tinggi. Aku (ibn Adra’) berkata: ‘Wahai Rasulullaah, barangkali lelaki ini sedang Riya’ (memamerkan ibadahnya)?’ Beliau bersabda: ‘Bukan, dia sedang berdo’a dan mengadu’”. Al-Baihaqi meriwayatkan pula dari ‘Uqbah ibn ‘Amir: Bahwasanya Rasulullaah shollallaah ‘alaih wa sallam bersabda kepada seorang lelaki bernama Dzul Bajadain: “Sesungguhnya dia banyak berdo’a dan mengadu, itu semua karena dia selalu berdzikir kepada Allah Ta’aala”. Al-Baihaqi juga meriwayatkan dari Jabir ibn ‘Abdullah bahwasanya ada seorang lelaki yang meninggikan suaranya ketika berdzikir sehingga lelaki yang lainnya berkata, “Seandainya saja orang ini merendahkan suaranya.” Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam bersabda: “Biarkanlah dia, sesungguhnya dia sedang berdoa dan mengadu.”

3. Telah diriwayatkan oleh al-Imaam al-Bukhari rahimahullah, bahwasanya Abu Hurairah radhiyallaah ‘anhu berkata: Bersabda Rasulullaah shollallaah ‘alaih wa sallam: Alloh Ta’aala berfirman: “Aku mengikuti prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku selalu bersamanya apabila dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku di dalam dirinya (Sirr), maka Aku akan mengingat dia pada diri-Ku (Sirr), apabila dia mengingat-Ku dalam jumlah kelompok yang besar, maka Aku akan menyebut nama mereka dalam kelompok yang jauh lebih baik dari kelompok mereka.”
Beliau al-Imaam as-Suyuthi rahimahullaah berkomentar: “Dan berdzikir dalam kelompok yang besar tidak lain dilaksanakan secara jahr.”
Dan ada kekeliruan dalam memahami Riwayat dibawah ini, mereka memandang Majelis Zikir yakni berkumpul berzikir bersama-sama, padahal yang dimaksud majelis zikir adalah mejelis yang mengingAT Allah. Termasuk Majelis Ilmu adalah mejelis zikir.
1. Diriwayatkan oleh al-Bazzaar dan al-Hakiim di dalam al-Mustadrak dan menyatakan keshahihannya, bahwasanya Jabir radhiyallaah ‘anhu berkata: Telah keluar Nabi Shollallaah ‘alaih wa sallam kepada kami, dan bersabda: Wahai manusia, sesungguhnya Alloh Ta’aala menebarkan para malaikat untuk mendatangi majlis dzikr di bumi, maka masuklah ke dalam taman-taman surga itu. Mereka berkata: Dimanakah taman-taman surga itu? Beliau bersabda: Majlis-majlis dzikr, sebaiknya kalian berdzikir kepada Allah tiap pagi dan petang.

2. Diriwayatkan oleh Muslim dan al-Hakim dengan lafadz dari abu Hurairah: telah bersabda Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam: Sesungguhnya Allah memiliki malaikat-malaikat Sayyarah yang mencari majlis dzikir di bumi, maka apabila mereka menemukan majlis dzikir, mereka saling mengelilingi dengan sayap-sayap mereka hingga mencapai langit, maka Allah berfirman: Dari mana kalian? Mereka menjawab: Kami telah mendatangi hamba-Mu yang bertasbih, bertakbir, bertahmid, bertahlil, memohon kepada Engkau, meminta perlindungan-Mu. Maka Allah berfirman: Apa yang kalian pinta? (dan Allah-lah yang lebih mengetahui apa-apa tentang mereka), mereka menjawab: Kami memohon Surga kepada Engkau. Allah berfirman: Apakah kalian sudah pernah melihat Surga?. Mereka menjawab: Tidak, Wahai Rabb. Allah berfirman: Bagaimana seandainya mereka pernah melihatnya?, kemudian Allah berfirman: Terhadap apa kalian meminta perlindungan-Ku? Sedangkan Allah Maha Mengetahui perihal mereka. Mereka menjawab: (Kami memohon perlindungan-Mu) dari api neraka. Kemudian Allah berfirman: Apakah kalian pernah melihatnya?. Mereka menjawab: Tidak. Selanjutnya Allah berfirman: Bagaimana seandainya kalau mereka pernah melihatnya?. Kemudian Allah berfirman: Saksikanlah, sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka, dan Aku perkenankan permintaan mereka, dan Aku beri perlindungan terhadap mereka atas apa-apa yang mereka minta perlindungan-Ku. Mereka berkata: Wahai Rabb kami, sesungguhnya didalamnya (majlis dzikir) terdapat seorang hamba penuh dosa yang duduk didalamnya dan dia bukanlah bagian dari mereka (yang berdzikir), maka Allah berfirman: Dan dia termasuk ke dalam orang-orang yang Aku ampuni, karena kaum itu adalah kaum yang tidak mencelakakan orang-orang yang duduk bersama mereka.

3. Diriwayatkan oleh Muslim dan at-Tirmidzi, dari Mu’awiyyah, bahwasanya Nabi Shollallaah ‘alaih wa sallam keluar menuju kepada halaqah daripada sahabatnya, kemudian beliau bersabda: “Kenapa kalian duduk-duduk?” Mereka menjawab: “Kami duduk untuk berdzikir dan memuji Allah Ta’aala.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya Jibril mendatangiku dan mengabarkan kepadaku bahwasanya Allah Ta’aala membanggakan kalian kepada malaikat.”

4. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari ‘Abdullaah ibn Mughaffal berkata: Telah bersabda Rasulullaah Shollallaah ‘alaih wa sallam: “Tiada suatu kaum yang berkumpul untuk berdzikir kepada Allah Ta’aala kecuali mereka akan dipanggil oleh para pemanggil dari langit: ‘Bangunlah kalian, sesungguhnya kalian sudah diampuni, sungguh keburukan-keburukan kalian telah diganti dengan kebaikan-kebaikan’.
Dan ada kekeliruan dalam memahami Riwayat dibawah ini, mereka memandang Majelis Zikir yakni berkumpul berzikir bersama-sama, padahal yang dimaksud majelis zikir adalah mejelis yang mengingAT Allah. Termasuk Majelis Ilmu adalah mejelis zikir.
1. Diriwayatkan oleh al-Bazzaar dan al-Hakiim di dalam al-Mustadrak dan menyatakan keshahihannya, bahwasanya Jabir radhiyallaah ‘anhu berkata: Telah keluar Nabi Shollallaah ‘alaih wa sallam kepada kami, dan bersabda: Wahai manusia, sesungguhnya Alloh Ta’aala menebarkan para malaikat untuk mendatangi majlis dzikr di bumi, maka masuklah ke dalam taman-taman surga itu. Mereka berkata: Dimanakah taman-taman surga itu? Beliau bersabda: Majlis-majlis dzikr, sebaiknya kalian berdzikir kepada Allah tiap pagi dan petang.

2. Diriwayatkan oleh Muslim dan al-Hakim dengan lafadz dari abu Hurairah: telah bersabda Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam: Sesungguhnya Allah memiliki malaikat-malaikat Sayyarah yang mencari majlis dzikir di bumi, maka apabila mereka menemukan majlis dzikir, mereka saling mengelilingi dengan sayap-sayap mereka hingga mencapai langit, maka Allah berfirman: Dari mana kalian? Mereka menjawab: Kami telah mendatangi hamba-Mu yang bertasbih, bertakbir, bertahmid, bertahlil, memohon kepada Engkau, meminta perlindungan-Mu. Maka Allah berfirman: Apa yang kalian pinta? (dan Allah-lah yang lebih mengetahui apa-apa tentang mereka), mereka menjawab: Kami memohon Surga kepada Engkau. Allah berfirman: Apakah kalian sudah pernah melihat Surga?. Mereka menjawab: Tidak, Wahai Rabb. Allah berfirman: Bagaimana seandainya mereka pernah melihatnya?, kemudian Allah berfirman: Terhadap apa kalian meminta perlindungan-Ku? Sedangkan Allah Maha Mengetahui perihal mereka. Mereka menjawab: (Kami memohon perlindungan-Mu) dari api neraka. Kemudian Allah berfirman: Apakah kalian pernah melihatnya?. Mereka menjawab: Tidak. Selanjutnya Allah berfirman: Bagaimana seandainya kalau mereka pernah melihatnya?. Kemudian Allah berfirman: Saksikanlah, sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka, dan Aku perkenankan permintaan mereka, dan Aku beri perlindungan terhadap mereka atas apa-apa yang mereka minta perlindungan-Ku. Mereka berkata: Wahai Rabb kami, sesungguhnya didalamnya (majlis dzikir) terdapat seorang hamba penuh dosa yang duduk didalamnya dan dia bukanlah bagian dari mereka (yang berdzikir), maka Allah berfirman: Dan dia termasuk ke dalam orang-orang yang Aku ampuni, karena kaum itu adalah kaum yang tidak mencelakakan orang-orang yang duduk bersama mereka.

3. Diriwayatkan oleh Muslim dan at-Tirmidzi, dari Mu’awiyyah, bahwasanya Nabi Shollallaah ‘alaih wa sallam keluar menuju kepada halaqah daripada sahabatnya, kemudian beliau bersabda: “Kenapa kalian duduk-duduk?” Mereka menjawab: “Kami duduk untuk berdzikir dan memuji Allah Ta’aala.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya Jibril mendatangiku dan mengabarkan kepadaku bahwasanya Allah Ta’aala membanggakan kalian kepada malaikat.”

4. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari ‘Abdullaah ibn Mughaffal berkata: Telah bersabda Rasulullaah Shollallaah ‘alaih wa sallam: “Tiada suatu kaum yang berkumpul untuk berdzikir kepada Allah Ta’aala kecuali mereka akan dipanggil oleh para pemanggil dari langit: ‘Bangunlah kalian, sesungguhnya kalian sudah diampuni, sungguh keburukan-keburukan kalian telah diganti dengan kebaikan-kebaikan’.
Pendalilan dibawah ini membuat tanda tanya besar seperti ada benang merah dengan jama'ah lain, Rosulullah mengajar ilmu hanya kepada ALI tp tidak mengajarkan kepada Abu Bakar, Umar, Ustman, dkk, bukan kah kita ketahui orang terbaik setelah Rosulullah Abu bakar, ini MUSTAHIL sekali kalau Rosullah mengajarkan ilmu kepada Ali tp tidak kepada Abu Bakar, Umar danUstman. Tahhanust dan Khalwat nabi adalah untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh problematika dunia yang cukup kompleks di masanya
Proses khalwat Nabi tersebutlah yang kemudian pada perkembangannya disebut THAREQAT sekaligus diajarkannya kepada Sayyidina Ali ra. .
Kemudian Ali mengajarkan kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya sampai kepada Syeikh Abdul Qodir Jaelani, sehingga tarekatnya dinamai Qodiriyah. Sebagaimana dalam silsilah tarekat Qadiriyah yang merujuk pada Ali dan Abdul Qadir Jaelani dan seterusnya adalah dari Nabi Muhammad saw, dari Malaikat Jibril dan dari Allah Swt.Dia membaca dzikir setiap hari dengan keras atau pelan menurut kemampuannya dengan menoleh ke kanan ketika menafikan dan menoleh ke kiri ketika mengitsbatkan, seperti apa yg diajarkan oleh Baginda Rosululloh saw kepada putra pamannya dan kholifahnya suami Sayyidah Fatimah Al-Batul, yakni Sayyidinaa Ali Rodliyallohu Anhuma.
Pendalilan dibawah ini membuat tanda tanya besar seperti ada benang merah dengan jama'ah lain, Rosulullah mengajar ilmu hanya kepada ALI tp tidak mengajarkan kepada Abu Bakar, Umar, Ustman, dkk, bukan kah kita ketahui orang terbaik setelah Rosulullah Abu bakar, ini MUSTAHIL sekali kalau Rosullah mengajarkan ilmu kepada Ali tp tidak kepada Abu Bakar, Umar danUstman. Tahhanust dan Khalwat nabi adalah untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh problematika dunia yang cukup kompleks di masanya
Proses khalwat Nabi tersebutlah yang kemudian pada perkembangannya disebut THAREQAT sekaligus diajarkannya kepada Sayyidina Ali ra. .
Kemudian Ali mengajarkan kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya sampai kepada Syeikh Abdul Qodir Jaelani, sehingga tarekatnya dinamai Qodiriyah. Sebagaimana dalam silsilah tarekat Qadiriyah yang merujuk pada Ali dan Abdul Qadir Jaelani dan seterusnya adalah dari Nabi Muhammad saw, dari Malaikat Jibril dan dari Allah Swt.Dia membaca dzikir setiap hari dengan keras atau pelan menurut kemampuannya dengan menoleh ke kanan ketika menafikan dan menoleh ke kiri ketika mengitsbatkan, seperti apa yg diajarkan oleh Baginda Rosululloh saw kepada putra pamannya dan kholifahnya suami Sayyidah Fatimah Al-Batul, yakni Sayyidinaa Ali Rodliyallohu Anhuma.
Pendalilan dibawah ini membuat tanda tanya besar seperti ada benang merah dengan jama'ah lain, Rosulullah mengajar ilmu hanya kepada ALI tp tidak mengajarkan kepada Abu Bakar, Umar, Ustman, dkk, bukan kah kita ketahui orang terbaik setelah Rosulullah Abu bakar, ini MUSTAHIL sekali kalau Rosullah mengajarkan ilmu kepada Ali tp tidak kepada Abu Bakar, Umar danUstman. Tahhanust dan Khalwat nabi adalah untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh problematika dunia yang cukup kompleks di masanya
Proses khalwat Nabi tersebutlah yang kemudian pada perkembangannya disebut THAREQAT sekaligus diajarkannya kepada Sayyidina Ali ra. .
Kemudian Ali mengajarkan kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya sampai kepada Syeikh Abdul Qodir Jaelani, sehingga tarekatnya dinamai Qodiriyah. Sebagaimana dalam silsilah tarekat Qadiriyah yang merujuk pada Ali dan Abdul Qadir Jaelani dan seterusnya adalah dari Nabi Muhammad saw, dari Malaikat Jibril dan dari Allah Swt.Dia membaca dzikir setiap hari dengan keras atau pelan menurut kemampuannya dengan menoleh ke kanan ketika menafikan dan menoleh ke kiri ketika mengitsbatkan, seperti apa yg diajarkan oleh Baginda Rosululloh saw kepada putra pamannya dan kholifahnya suami Sayyidah Fatimah Al-Batul, yakni Sayyidinaa Ali Rodliyallohu Anhuma.
Lihat jawaban sdr. Nashrul Mukmin mengenai pertanyaan saya seputar Aqidah. Salah satunya mereka menjadikan Iblis dan Firaun sebagai media untuk menggapai rahmat dan ridho Allah, mana mungkin bisa sdgkan Iblis dan Firaun adalah musuh Allah.
Lihat jawaban sdr. Nashrul Mukmin mengenai pertanyaan saya seputar Aqidah. Salah satunya mereka menjadikan Iblis dan Firaun sebagai media untuk menggapai rahmat dan ridho Allah, mana mungkin bisa sdgkan Iblis dan Firaun adalah musuh Allah.
Sebenarnya masih banyak dalil-dalil yang disilisihkan, lihat (tanya jawab) tapi saya cukupkan saja tidak. Imam Malik berkata : "SAMPAIKANLAH SUNNAH KPD SEMUA ORANG JIKA ADA YÀNG MENDEBAT ANDA MAKA DIAMLAH..SEMOGA ALLAH MEMBERI MEREKA HIDAYAH"
Suka • Balas • 1 • 13 jam
.
Aman Abdul Rachman
-----------------------
Saya ucapkan terima kasih kepada nara sumber Mas Ust. Rois Al-Faruq atas kesimpulan yg telah dipaparkan dengan tulisan sangat sangat sangat banyak

Baiklah utk selanjutnya, sy persilahkan kepada Nara sumber Yai Nashrul Mukmin utk membuat sebuah kesimpulan dari diskusi ini
Suka • Balas • 1 • 10 jam
.
Nashrul Mukmin
-----------------
Assalaamu'alikum warohmatullohi wa barokaatuhu.
Alhamdulillahi Robbil ‘aalamiina.
Setelah menyita waktu selama sepekan akhirnya diskusi ini sampai juga pada KESIMPULAN..

Dengan menyebut Asma Alloh Dzat yang maha Pengasih lagi maha Penyayang.
Allohumma sholli wa sallim ‘alaa Sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shohbihi ajma’iina.

Saya mulai paparan KESIMPULAN dari saya.:
--------------------------------------------------------
A. Dalam pembahasan soal sesat atau tidaknya Tashawwuf dan Thareqat Sdr Rois Al-Faruq dalam paparannya mulai dari pemaparan pertama sehingga memasuki beberapa sesi yg berikutnya Sdr Rois Al-Faruq hujjah hujjah yg disampaikannya tidak ada yg merujuk kepada PARA ULAMA SALAF, namun 100 % rujukannya adalah PARA ULAMA KHOLAF.

PARA ULAMA KHOLAF yg dijadikan refrensi oleh Sdr Rois Al-Faruq di antaranya:
.
1. Ibnu Taimiyah lahir pada tahun 661H. wafat th. 748 H
.
2. Ibnu Sab'in, = lahir 619 H dan wafat 669 H
.
3. Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir lahir pada tahun 1940 M
.
4. Ust. Abdul Hakim usttadz yg masih hidup di masa sekarang ini. Biodata Tgl kelahirannya tdk diketahui
.
5. Khalid Basalamah yg bernama lengkap Khalid Zeed Abdullah Basalamah
Lahir : Makassar, 01-Mei-1975
.
6. KH. Kafrawi Ridwan, M.A menikah dg Hj. Ismarlini, SH Pada tanggal 15 Januari 2001, tahun kelahirannya blm diketahui

Dengan demikian maka seluruh rujukan yg telah digunakan oleh Sdr Rois Al-Faruq dapat DISIMPULKAN tidak bisa dijadikan sebagai hujjah dan parameter terhadap sesat atau tidaknya Tashawwuf dan Thareqat.

======
.
B. Sdr Rois Al-Faruq mengakui terhadap kebenaran para ULAMA SALAF, yaitu : Imam Malik, Imam Hanafi, Imam As-Syafi’i dan Imam Hanbali. Namun dalam hal Tashawwuf Beliau tidak mau merujuk kepada 4 Imam Madzhab tsb, tetapi Beliau tetap merujuk kepada pemahaman para ULAMA KHOLAF.

Dalam pemahaman Sdr Rois Al-Faruq bahwa para Ulama Kholaf yg telah saya tuliskan namanya di atas, mereka semua juga merujuk kepada pemahaman para Ulama Salaf. (4 Imam Madzhab)

Namun fakta yg terjadi ternyata pemahaman para Ulama Kholaf sangat bertolak belakang bahkan bertentangan dengan pemahaman para Ulama Salaf.dalam hal Tashawwuf.

Dengan demikian maka dapat DISIMPULKAN bahwa klim Sdr Rois Al-Faruq yg mengatakan bahwa para Ulama Kholaf juga merujuk kepada para Ulama Salaf adalah merupakan klim yg keliru dan merupakan KEDUSTAAN yg nyata..
Beliau juga sangat sembrono menggunakan dalil baik dari Al-Qur'an maupun Hadits tidak pada tempatnya, dan yg lebih parah lagi beliau dalam mentafsirkannya hanya berdasarkan dari hasil penalarannya sendiri .

=====
.
C. Dengan Sdr Rois Al-Faruq menisbadkan faham AL-HALAJ atau yg sehaluan dg AL-HALAJ kepada JATMAN ( Jam’iyyah Ahlit Thoriqah Al Mu’tabaroh An-Nahdliyah), hal tsb telah menunjukkan bahwa sesungguhnya Sdr Rois Al-Faruq tidak faham sama sekali terhadap JATMAN. Karena Thareqat AL-HALAJ tidak termasuk ke dalam daftar Thareqat yg Mu’tabaroh yg diakui oleh JATMAN.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa seluruh Thareqat yg berada di bawah naungan JATMAN “TIDAK ADA YANG SESAT DAN MENYESATKAN.” Sebagaimana yg telah Sdr Rois Al-Faruq sangkakan atau tuduhkan.
=========

Demikian KESIMPULAN yg dapat saya sampaikan.
.
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada :
1. Sdr Ficri Drs PF selaku Admin di Group ini yg telah menizinkan kami melakukan diskusi sampai selesai di Group ini.

2. Ustadz Aman Abdul Rachman yang telah begitu telaten dan sabar dalam memandu jalannya diskusi sehingga bisa berjalan dg tertib.

3. Ustadz Rois Al-Faruq yg telah berkenan berbagi ilmu kepada saya yg dloif dan faqir ilmu ini.

Tidak lupa saya juga menyampaikan permohonan maaf lahir dan bathin kepada semua fihak bila selama saya berdiskusi di lapak ini ada yg merasa tersakiti atau yg lainnya.

Akhirul kalam:
Wallohul Muwafiq Ila Aqwamit Thoriiq
Syukron Wa Duntum Fil Khoir Wan Najjah.
Wassalaamu’alaikum warohmatullohi wabarokaatuhu.
Suka • Balas • 8 menit
=============================================

NB:
NB: Seluruh komentar selain dari komentar saya, Ustadz Aman Abdul Rachman dan Sdr Rois Al-Faruq semuanya saya hapus dg tujuan utk meringkas dalam merangkum hasil diskusinya