Ini ada beberapa dalil sohih tentang TAWASUL. Mungkin bisa dijadika rujuka. Selamat membaca : diriwayatkan oleh Imam Muslim:
وقد ورد في كتب السيرة أنَّ رسول الله صلى الله عليه وسلم قال لعمرَ بن الخطاب وعليِّ بن أبي طالب: إذا لقيتما أويساً القرني فاسألاه أن يستغفر لكما فإنه مجاب الدعوة. فترصدا موسم الحج عشر سنين يدعوان أهل الموسم من اليمن على طعام فما ظفرا بضالّتهما، ثم جاء العام الذي يليه فقال عمر لرئيس وفد اليمن: أبقي أحد لم يحضر وليمتنا، قال: لا، إلا فتىً خامل الذكر يرعى إبلاً لنا، فقال له سيدنا عمر: أهو آدم أشهل ذو صهوبة ؟ فقال: كأنك تعرفه يا أمير المؤمنين، فذهب عمر وعلي إليه، فلما أتياه قالا: من الرجل ؟ قال: راعي إبل وأجير قوم، قالا: لسنا نسألك عن ذلك ما اسمك ؟ قال: عبد الله، قال له علي رضي الله عنه: قد علمنا أن كل من في السماوات والأرض عبيد لله.
Artinya: “Dalam buku-buku sejarah Rasulullah SAW, Bahwa Rasulallah SAW telah bersabda kepada Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Tholib: “Jika kalian bertemu Uwais Al-Qarni maka memohonlah kepadanya supaya kalian diampuni oleh Allah SWT, sesungguhnya do’anya sangat mustajab (dikabulkan). Kemudian keduanya mulai mencari Uwais Al-Qarni pada setiap musim haji selama 10 tahun dengan cara mengundang dan menjamu rombongan dari Yaman yang akan pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, tetapi tidak pernah berhasil. Pada musim haji berikutnya, Sayyidina Umar ra mengundang dan menjamu rombongan atau kafilah dari Yaman dan segera bertanya kepada pemimpin rombongan tersebut tersebut :
Umar : “Apakah masih ada lagi yang belum hadir di tengah-tengah undangan kami?”.
Pemimpin kafilah: “Tidak ada lagi wahai Amirul mu’miniin, kecuali seorang lelaki yang tidak dikenal orang, yaitu orang yang sedang mengembala kambing kami di sana”.
Umar : “apakah orang itu Warna kulitnya kecoklatan (seperti kulit sawo), matanya ke biru-biruan, dan rambutnya pirang?”
Pemimpin kafilah : “wahai Amirul mu’minin sepertinya anda sudah mengenalnya!”
Lalu Sayyidina Umar dan Ali segera berangkat ke negeri Yaman, dan kemudian bertemu dengan orang yang mereka cari, yaitu orang yang telah diwasiatkan oleh Rasulallah SAW.
Umar dan Ali: “wahai fulan siapakah namamu?”
Uwais : “Saya hanya seorang pengembala yang diupah wahai tuan-tuan”.
Umar dan Ali : “Bukan itu yang kami maksud. yang kami tanyakan siapaka namamu?”
Uwais : “nama saya Abdullah, Tuan”.
Ali : “Kita semua tahu semua yang tinggal di langit dan di bumi ini adalah hamba-hambanya Allah. Namun Ibumu pasti memberi nama kepadamu, wahai fulan?”
Uwais : “Wahai tuan-tuan, sipakah kalian ini, dan ada keperluan apa?”
Umar: “Saya adalah Umar bin Khattab dan ini sahabat saya Ali bin Abi Tholib”.
Mendengar nama kedua orang itu Uwais sangat terkejut dan segera berdiri tegak.
Uwais : Semoga Allah SWT membalas jasa kalian berdua dengan kebaikan atas baktinya dan peranannya terhadap Islam wahai amirul mu’minin, wahai menantu Rasulallah. Sesungguhnya kalian berdua telah mendapatkan kedudukan sebagai sahabat, tetapi saya tidak pernah mendapatkan gelar (sahabat) tersebut (Karena hidup di zaman Nabi tapi tidak pernah bertemu Nabi).
Umar : “Bagaimanakah kamu dapat menggambarkan peribadi Rasulullah SAW, sedangkan kamu tidak pernah bertemu dengannya?”
Uwais : Saya menggambarkan Rasulullah SAW dengan cara memikirkannya dan menggambarkan bahwa Rasulullah adalah bagaikan cahaya yang menerangi seluruh cakrawala dunia.
mendengar ucapan itu Umar pun menangis, karena merindukan sosok Rasulallah SAW.
Umar : “Sesungguhnya Rasulallah SAW memerintahkan kami untuk menemuimu, agar engkau memohonkan ampunan kepada Allah untuk kami dan mendo’akan kami, supaya Allah mengampuni dosa kami berdua”. (titik tawasul)
Uwais : “wahai amirul mu’minin, saya tidak pernah mengkhususkan do’a untuk orang tertentu, tetapi saya hanya berdo’a untuk semua orang”.
Umar : “kalau begitu Nasihatilah aku, dan berikanlah aku ilmu”.
Uwais : “Wahai amirulmu’minin, mintalah rahmat Allah ketika kita mentaatiNya, dan berwaspadalah dari segala musibah ketika kita tidak taat kepada perintahnya, dan janganlah putus asa untuk berharap kepadaNya”.
Umar : “baiklah wahai fulan, kalo begitu Kami hanya ingin bersilaturahmi saja”.
Uwais : “wahai amirul mu’minin Tolong jangan ambil waktu kerja saya, kalian sudah mengambil jam kerja saya sebanyak empat Dirham, saya punya tanggungjawab dan perjanjian dengan majikanku.”
Umar : “baiklah kalau begitu, kapan saya bisa mengganti bayaran jam kerjamu yang kami ambil?”..... Sayyidina Umar pun menangis, dan mengajak Uwais untuk tinggal bersamanya di Madinah. Tetapi Uwais malah ingin tinggal di kota Kufah (Iraq). Beliau pun wafat di sana “beliau adalah orang yang Tidak dikenal di bumi, tetapi dikenal di langit”.
وقد ورد في كتب السيرة أنَّ رسول الله صلى الله عليه وسلم قال لعمرَ بن الخطاب وعليِّ بن أبي طالب: إذا لقيتما أويساً القرني فاسألاه أن يستغفر لكما فإنه مجاب الدعوة. فترصدا موسم الحج عشر سنين يدعوان أهل الموسم من اليمن على طعام فما ظفرا بضالّتهما، ثم جاء العام الذي يليه فقال عمر لرئيس وفد اليمن: أبقي أحد لم يحضر وليمتنا، قال: لا، إلا فتىً خامل الذكر يرعى إبلاً لنا، فقال له سيدنا عمر: أهو آدم أشهل ذو صهوبة ؟ فقال: كأنك تعرفه يا أمير المؤمنين، فذهب عمر وعلي إليه، فلما أتياه قالا: من الرجل ؟ قال: راعي إبل وأجير قوم، قالا: لسنا نسألك عن ذلك ما اسمك ؟ قال: عبد الله، قال له علي رضي الله عنه: قد علمنا أن كل من في السماوات والأرض عبيد لله.
Artinya: “Dalam buku-buku sejarah Rasulullah SAW, Bahwa Rasulallah SAW telah bersabda kepada Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Tholib: “Jika kalian bertemu Uwais Al-Qarni maka memohonlah kepadanya supaya kalian diampuni oleh Allah SWT, sesungguhnya do’anya sangat mustajab (dikabulkan). Kemudian keduanya mulai mencari Uwais Al-Qarni pada setiap musim haji selama 10 tahun dengan cara mengundang dan menjamu rombongan dari Yaman yang akan pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, tetapi tidak pernah berhasil. Pada musim haji berikutnya, Sayyidina Umar ra mengundang dan menjamu rombongan atau kafilah dari Yaman dan segera bertanya kepada pemimpin rombongan tersebut tersebut :
Umar : “Apakah masih ada lagi yang belum hadir di tengah-tengah undangan kami?”.
Pemimpin kafilah: “Tidak ada lagi wahai Amirul mu’miniin, kecuali seorang lelaki yang tidak dikenal orang, yaitu orang yang sedang mengembala kambing kami di sana”.
Umar : “apakah orang itu Warna kulitnya kecoklatan (seperti kulit sawo), matanya ke biru-biruan, dan rambutnya pirang?”
Pemimpin kafilah : “wahai Amirul mu’minin sepertinya anda sudah mengenalnya!”
Lalu Sayyidina Umar dan Ali segera berangkat ke negeri Yaman, dan kemudian bertemu dengan orang yang mereka cari, yaitu orang yang telah diwasiatkan oleh Rasulallah SAW.
Umar dan Ali: “wahai fulan siapakah namamu?”
Uwais : “Saya hanya seorang pengembala yang diupah wahai tuan-tuan”.
Umar dan Ali : “Bukan itu yang kami maksud. yang kami tanyakan siapaka namamu?”
Uwais : “nama saya Abdullah, Tuan”.
Ali : “Kita semua tahu semua yang tinggal di langit dan di bumi ini adalah hamba-hambanya Allah. Namun Ibumu pasti memberi nama kepadamu, wahai fulan?”
Uwais : “Wahai tuan-tuan, sipakah kalian ini, dan ada keperluan apa?”
Umar: “Saya adalah Umar bin Khattab dan ini sahabat saya Ali bin Abi Tholib”.
Mendengar nama kedua orang itu Uwais sangat terkejut dan segera berdiri tegak.
Uwais : Semoga Allah SWT membalas jasa kalian berdua dengan kebaikan atas baktinya dan peranannya terhadap Islam wahai amirul mu’minin, wahai menantu Rasulallah. Sesungguhnya kalian berdua telah mendapatkan kedudukan sebagai sahabat, tetapi saya tidak pernah mendapatkan gelar (sahabat) tersebut (Karena hidup di zaman Nabi tapi tidak pernah bertemu Nabi).
Umar : “Bagaimanakah kamu dapat menggambarkan peribadi Rasulullah SAW, sedangkan kamu tidak pernah bertemu dengannya?”
Uwais : Saya menggambarkan Rasulullah SAW dengan cara memikirkannya dan menggambarkan bahwa Rasulullah adalah bagaikan cahaya yang menerangi seluruh cakrawala dunia.
mendengar ucapan itu Umar pun menangis, karena merindukan sosok Rasulallah SAW.
Umar : “Sesungguhnya Rasulallah SAW memerintahkan kami untuk menemuimu, agar engkau memohonkan ampunan kepada Allah untuk kami dan mendo’akan kami, supaya Allah mengampuni dosa kami berdua”. (titik tawasul)
Uwais : “wahai amirul mu’minin, saya tidak pernah mengkhususkan do’a untuk orang tertentu, tetapi saya hanya berdo’a untuk semua orang”.
Umar : “kalau begitu Nasihatilah aku, dan berikanlah aku ilmu”.
Uwais : “Wahai amirulmu’minin, mintalah rahmat Allah ketika kita mentaatiNya, dan berwaspadalah dari segala musibah ketika kita tidak taat kepada perintahnya, dan janganlah putus asa untuk berharap kepadaNya”.
Umar : “baiklah wahai fulan, kalo begitu Kami hanya ingin bersilaturahmi saja”.
Uwais : “wahai amirul mu’minin Tolong jangan ambil waktu kerja saya, kalian sudah mengambil jam kerja saya sebanyak empat Dirham, saya punya tanggungjawab dan perjanjian dengan majikanku.”
Umar : “baiklah kalau begitu, kapan saya bisa mengganti bayaran jam kerjamu yang kami ambil?”..... Sayyidina Umar pun menangis, dan mengajak Uwais untuk tinggal bersamanya di Madinah. Tetapi Uwais malah ingin tinggal di kota Kufah (Iraq). Beliau pun wafat di sana “beliau adalah orang yang Tidak dikenal di bumi, tetapi dikenal di langit”.
Begitulah kira-kira kisah tauladan seseorang yang wara’ dan zuhud. Sabda Rasulallah SAW:
”أَنَّ أَهْلَ الْكُوفَةِ وَفَدُوا إِلَى عُمَرَ وَفِيهِمْ رَجُلٌ مِمَّنْ كَانَ يَسْخَرُ بِأُوَيْسٍ فَقَالَ عُمَرُ هَلْ هَاهُنَا أَحَدٌ مِنْ الْقَرَنِيِّينَ فَجَاءَ ذَلِكَ الرَّجُلُ فَقَالَ عُمَرُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ قَالَ إِنَّ رَجُلًا يَأْتِيكُمْ مِنْ الْيَمَنِ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ لَا يَدَعُ بِالْيَمَنِ غَيْرَ أُمٍّ لَهُ قَدْ كَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَدَعَا اللَّهَ فَأَذْهَبَهُ عَنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ الدِّينَارِ أَوْ الدِّرْهَمِ فَمَنْ لَقِيَهُ مِنْكُمْ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَا حَدَّثَنَا عَفَّانُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ وَهُوَ ابْنُ سَلَمَةَ عَنْ سَعِيدٍ الْجُرَيْرِيِّ بِهَذَا الْإِسْنَادِ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ وَلَهُ وَالِدَةٌ وَكَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَمُرُوهُ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ”
الراوي: يسير بن عمرو المحدث: مسلم - المصدر: صحيح مسلم - الصفحة أو الرقم: 2542
خلاصة حكم المحدث: صحيح
Artinya: “Yusair bin ‘Amru Al-Kindi ra, Sesungguhnya orang-orang Kufah pergi berkunjung ke rumah Sayyidina Umar, di antara mereka ada orang yang selalu menghina Uwais, maka Sayyidina Umar berkata: “Apakah ada salah seorang di antara kalian dari suku Qoron?” orang itu datang menghadap Sayyidina Umar, dan Umar pun berkata: “Sesungguhnya Rasulallah SAW telah bersabda: “Akan ada seorang yang datang kepada kalian dari negeri yaman yang bernama Uwais Al-Qorni, dia tidak mempunyai keluarga kecuali ibunya saja, dulu dia terkena penyakit Albino (penyakit yang ada kaitannya dengan kulit dan rambut) kemudian dia berdo’a kepada Allah SWT lalu dikabulkan do’anya dan disembuhkan penyakitnya kecuali sedikit saja sebesar uang logam Dinar atau Dirham. Barang siapa yang bertemu dengannya, mohonlah kepadanya (minta do’anya) supaya Allah SWT mengampuni dosa-dosa kalian” (HR : Imam Muslim)
Dalam sebuah hadits lain, Rasulullah SAW bersabda:
”إنَّ خَيْرَ التَّابِعِيْنَ ، رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ : أُوَيْسٌ ، وَلَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ ، لَوْ أَقْسَمَ عَلَى الله لَأَبَرَّهُ ، وَكَانَ بِهِ بَيَاضٌ ، فَمُرُّوْهُ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ” “
الراوي: عمر بن الخطاب المحدث: الألباني - المصدر: صحيح الجامع - الصفحة أو الرقم: 2064
خلاصة حكم المحدث: صحيح
Artinya: “Dari Umar bin Khattab ra, sesungguhnya seorang tabi’in yang paling mulia adalah orang yang bernama Uwais, dia hanya mempunyai ibu dan dia sangat taat (berbakti) kepadanya, do’anya (Uwais) sangat terkabulkan, dia menderita penyakit Albino, kunjungilah dan mintalah do’a kepadanya agar Allah SWT mengampuni kalian”
Rasulullah SAW juga bersabda :
”إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِيْنَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ . وَلَهُ وَالِدَةٌ . وَكَانَ بِهِ بَيَاضٌ . فَمُرُّوْهُ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ”
الراوي: عمر بن الخطاب المحدث: مسلم - المصدر: صحيح مسلم - الصفحة أو الرقم: 2542
خلاصة حكم المحدث: صحيح
Artinya: “Dari Umar bin Khattab ra, sesungguhnya seorang tabi’in yang paling mulia adalah orang yang bernama Uwais, dia hanya mempunyai ibu, dia menderita penyakit Albino, kunjungilah dan mintalah do’a kepadanya agar Allah SWT mengampuni kalian”
”عن عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى قَالَ نَادَى رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الشَّامِ يَوْمَ صِفِّينَ أَفِيكُمْ أُوَيْسٌ الْقَرَنِيُّ قَالُوا نَعَمْ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ خَيْرِ التَّابِعِينَ أُوَيْسًا الْقَرَنِيَّ”
Artinya: “Dari Abdurrahman bin Ya’la, ada seorang lelaki dari negeri Syam di zaman perang Sifin, berkata : Apakah ada di antara kalian yang bernama Uwais Al-Qarni? mereka menjawab: ya, ada. Saya mendengar Rasulallah SAW bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara tabi’in adalah Uwais Al-Qarni”
Intinya Uwais Al-Qarni adalah seorang hamba Allah yang sangat sederhana hidupnya, namun karena baktinya kepada ibunya sangat tidak terhingga, sehingga do’anya sangat mustajab.
Dari hadits lain tentang tawassul ini, dikisahkan pernah terjadi di zaman sahabat Baginda Rasulullah SAW, yang bernama Abu Darda’ ra. Sabda Rasulallah SAW:
”قَدِمْتُ الشَّامَ فَأَتَيْتُ أَبَا الدَّرْدَاءِ فِي مَنْزِلِهِ فَلَمْ أَجِدْهُ وَوَجَدْتُ أُمَّ الدَّرْدَاءِ فَقَالَتْ أَتُرِيدُ الْحَجَّ الْعَامَ فَقُلْتُ نَعَمْ قَالَتْ فَادْعُ اللَّهَ لَنَا بِخَيْرٍ فَإِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ قَالَ فَخَرَجْتُ إِلَى السُّوقِ فَلَقِيتُ أَبَا الدَّرْدَاءِ فَقَالَ لِي مِثْلَ ذَلِكَ يَرْوِيهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ”
الراوي: صفوان بن عبدالله بن صفوان المحدث: مسلم - المصدر: صحيح مسلم - الصفحة أو الرقم: 2733
خلاصة حكم المحدث: صحيح
”أَنَّ أَهْلَ الْكُوفَةِ وَفَدُوا إِلَى عُمَرَ وَفِيهِمْ رَجُلٌ مِمَّنْ كَانَ يَسْخَرُ بِأُوَيْسٍ فَقَالَ عُمَرُ هَلْ هَاهُنَا أَحَدٌ مِنْ الْقَرَنِيِّينَ فَجَاءَ ذَلِكَ الرَّجُلُ فَقَالَ عُمَرُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ قَالَ إِنَّ رَجُلًا يَأْتِيكُمْ مِنْ الْيَمَنِ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ لَا يَدَعُ بِالْيَمَنِ غَيْرَ أُمٍّ لَهُ قَدْ كَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَدَعَا اللَّهَ فَأَذْهَبَهُ عَنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ الدِّينَارِ أَوْ الدِّرْهَمِ فَمَنْ لَقِيَهُ مِنْكُمْ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَا حَدَّثَنَا عَفَّانُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ وَهُوَ ابْنُ سَلَمَةَ عَنْ سَعِيدٍ الْجُرَيْرِيِّ بِهَذَا الْإِسْنَادِ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ وَلَهُ وَالِدَةٌ وَكَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَمُرُوهُ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ”
الراوي: يسير بن عمرو المحدث: مسلم - المصدر: صحيح مسلم - الصفحة أو الرقم: 2542
خلاصة حكم المحدث: صحيح
Artinya: “Yusair bin ‘Amru Al-Kindi ra, Sesungguhnya orang-orang Kufah pergi berkunjung ke rumah Sayyidina Umar, di antara mereka ada orang yang selalu menghina Uwais, maka Sayyidina Umar berkata: “Apakah ada salah seorang di antara kalian dari suku Qoron?” orang itu datang menghadap Sayyidina Umar, dan Umar pun berkata: “Sesungguhnya Rasulallah SAW telah bersabda: “Akan ada seorang yang datang kepada kalian dari negeri yaman yang bernama Uwais Al-Qorni, dia tidak mempunyai keluarga kecuali ibunya saja, dulu dia terkena penyakit Albino (penyakit yang ada kaitannya dengan kulit dan rambut) kemudian dia berdo’a kepada Allah SWT lalu dikabulkan do’anya dan disembuhkan penyakitnya kecuali sedikit saja sebesar uang logam Dinar atau Dirham. Barang siapa yang bertemu dengannya, mohonlah kepadanya (minta do’anya) supaya Allah SWT mengampuni dosa-dosa kalian” (HR : Imam Muslim)
Dalam sebuah hadits lain, Rasulullah SAW bersabda:
”إنَّ خَيْرَ التَّابِعِيْنَ ، رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ : أُوَيْسٌ ، وَلَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ ، لَوْ أَقْسَمَ عَلَى الله لَأَبَرَّهُ ، وَكَانَ بِهِ بَيَاضٌ ، فَمُرُّوْهُ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ” “
الراوي: عمر بن الخطاب المحدث: الألباني - المصدر: صحيح الجامع - الصفحة أو الرقم: 2064
خلاصة حكم المحدث: صحيح
Artinya: “Dari Umar bin Khattab ra, sesungguhnya seorang tabi’in yang paling mulia adalah orang yang bernama Uwais, dia hanya mempunyai ibu dan dia sangat taat (berbakti) kepadanya, do’anya (Uwais) sangat terkabulkan, dia menderita penyakit Albino, kunjungilah dan mintalah do’a kepadanya agar Allah SWT mengampuni kalian”
Rasulullah SAW juga bersabda :
”إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِيْنَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ . وَلَهُ وَالِدَةٌ . وَكَانَ بِهِ بَيَاضٌ . فَمُرُّوْهُ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ”
الراوي: عمر بن الخطاب المحدث: مسلم - المصدر: صحيح مسلم - الصفحة أو الرقم: 2542
خلاصة حكم المحدث: صحيح
Artinya: “Dari Umar bin Khattab ra, sesungguhnya seorang tabi’in yang paling mulia adalah orang yang bernama Uwais, dia hanya mempunyai ibu, dia menderita penyakit Albino, kunjungilah dan mintalah do’a kepadanya agar Allah SWT mengampuni kalian”
”عن عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى قَالَ نَادَى رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الشَّامِ يَوْمَ صِفِّينَ أَفِيكُمْ أُوَيْسٌ الْقَرَنِيُّ قَالُوا نَعَمْ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ خَيْرِ التَّابِعِينَ أُوَيْسًا الْقَرَنِيَّ”
Artinya: “Dari Abdurrahman bin Ya’la, ada seorang lelaki dari negeri Syam di zaman perang Sifin, berkata : Apakah ada di antara kalian yang bernama Uwais Al-Qarni? mereka menjawab: ya, ada. Saya mendengar Rasulallah SAW bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara tabi’in adalah Uwais Al-Qarni”
Intinya Uwais Al-Qarni adalah seorang hamba Allah yang sangat sederhana hidupnya, namun karena baktinya kepada ibunya sangat tidak terhingga, sehingga do’anya sangat mustajab.
Dari hadits lain tentang tawassul ini, dikisahkan pernah terjadi di zaman sahabat Baginda Rasulullah SAW, yang bernama Abu Darda’ ra. Sabda Rasulallah SAW:
”قَدِمْتُ الشَّامَ فَأَتَيْتُ أَبَا الدَّرْدَاءِ فِي مَنْزِلِهِ فَلَمْ أَجِدْهُ وَوَجَدْتُ أُمَّ الدَّرْدَاءِ فَقَالَتْ أَتُرِيدُ الْحَجَّ الْعَامَ فَقُلْتُ نَعَمْ قَالَتْ فَادْعُ اللَّهَ لَنَا بِخَيْرٍ فَإِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ قَالَ فَخَرَجْتُ إِلَى السُّوقِ فَلَقِيتُ أَبَا الدَّرْدَاءِ فَقَالَ لِي مِثْلَ ذَلِكَ يَرْوِيهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ”
الراوي: صفوان بن عبدالله بن صفوان المحدث: مسلم - المصدر: صحيح مسلم - الصفحة أو الرقم: 2733
خلاصة حكم المحدث: صحيح
Artinya:
“Dari Shofwan bin Abdillah ra dia berkata: Aku telah pergi ke negeri
Syam, lalu aku berkunjung ke rumah Abu Darda’ tetapi aku tidak
menemuinya, lantas aku bertemu dengan ibunya, dia berkata: Apakah kamu
ingin pergi haji tahun ini? Shofwan menjawab:
Ya, betul. Sang ibu berkata: Berdo’alah untuk kami dan mohonlah
kebaikan kepada Allah untuk kami, sesungguhnya Rasulallah SAW selalu
bersabda: “do’a seorang muslim untuk saudaranya yang tidak kelihatan
(yang jauh) adalah sangat mestajab (cepat dikabulkan), sesungguhnya di
atas kepalanya ada malaikat yang mewakilinya, setiap kali dia berdo’a
untuk saudarnya memohon kebaikan, maka malaikat yang mewakilinya itu
mengucapkan “aamiiin” dan kamu akan dapat seperti itu, kemudian Shofwan
berkata: lalu aku pergi ke pasar dan tiba-tiba aku bertemu Abu Darda’
ra, dia berkata sama seperti yang dikatakan oleh ibunya, yang
diriwayatkan dari Nabi SAW”
Pada zaman khalifah Sayyidina Umar bin Khattab ra, telah terjadi sebuah bencana kekeringan di Madinah sehingga semua umat membutuhkan air untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Degan demikian menurut Sayyidina Umar ra Jalan keluarnya adalah dengan bertawasul kepada Allah memohonkan do’a melalui perantaraan/pendekatan Sayyidina ‘Abbas bin Abdul Mutthalib paman baginda Rasulallah SAW yang mana beliau adalah seorang sahabat Rasulullah yang sangat setia sekaligus paman Rasulullah SAW, beliau wafat pada tgl 12 Rajab tahun 32H. Setelah beliau bertawasul kepada Al-Abbas bin Abdul Mutthalib memohon agar Allah SWT menurunkan hujan, maka tidak lama kemudian hujanpun turun dengan deras. Mari kita Lihat hadits berikut ini:
”أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ إِذَا قَحَطُوا اسْتَسْقَى بِالْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِينَا وَإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا قَالَ فَيُسْقَوْنَ”
الراوي: أنس بن مالك المحدث: البخاري - المصدر: صحيح البخاري - الصفحة أو الرقم: 3710
خلاصة حكم المحدث: صحيح
Artinya: “Dari Anas bin Malik ra, Sesungguhnya Umar bin Khattab ra, ketika menghadapi bencana kekeringan, beliau memohon kepada Al-Abbas bin ‘Abdul Mutthalib ra agar mendo’akannya, Lalu Sayyidina Umar berkata: “Ya Allah, dulu kami selalu bertawassul kepadaMu dengan perantaraan NabiMu Muhammad SAW, maka Engkau pun dengan segera menurunkan hujan. Dan sekarang kami betawassul kepadaMu dengan perantaraan paman Nabi kami, mohon diturunkan hujan. lalu Anas berkata: Hujan pun turun dengan cepat”
Pada zaman khalifah Sayyidina Umar bin Khattab ra, telah terjadi sebuah bencana kekeringan di Madinah sehingga semua umat membutuhkan air untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Degan demikian menurut Sayyidina Umar ra Jalan keluarnya adalah dengan bertawasul kepada Allah memohonkan do’a melalui perantaraan/pendekatan Sayyidina ‘Abbas bin Abdul Mutthalib paman baginda Rasulallah SAW yang mana beliau adalah seorang sahabat Rasulullah yang sangat setia sekaligus paman Rasulullah SAW, beliau wafat pada tgl 12 Rajab tahun 32H. Setelah beliau bertawasul kepada Al-Abbas bin Abdul Mutthalib memohon agar Allah SWT menurunkan hujan, maka tidak lama kemudian hujanpun turun dengan deras. Mari kita Lihat hadits berikut ini:
”أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ إِذَا قَحَطُوا اسْتَسْقَى بِالْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِينَا وَإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا قَالَ فَيُسْقَوْنَ”
الراوي: أنس بن مالك المحدث: البخاري - المصدر: صحيح البخاري - الصفحة أو الرقم: 3710
خلاصة حكم المحدث: صحيح
Artinya: “Dari Anas bin Malik ra, Sesungguhnya Umar bin Khattab ra, ketika menghadapi bencana kekeringan, beliau memohon kepada Al-Abbas bin ‘Abdul Mutthalib ra agar mendo’akannya, Lalu Sayyidina Umar berkata: “Ya Allah, dulu kami selalu bertawassul kepadaMu dengan perantaraan NabiMu Muhammad SAW, maka Engkau pun dengan segera menurunkan hujan. Dan sekarang kami betawassul kepadaMu dengan perantaraan paman Nabi kami, mohon diturunkan hujan. lalu Anas berkata: Hujan pun turun dengan cepat”
Lantas
yg lgi di perdebatkn ini berwasillah keseseorang yg sdh wafat..trus
saya blm thu dalil yg sdh wafat msh bisa berdo'a/mendoakn.
1. Bertawasul memohon pertolongan Nabi SAW dalam peperangan.
Rasulallah SAW wafat pada siang hari Senin tgl 12 Rabi’ulawal tahun 11 Hijriyah/632M. kemudian Sayyidina Abu Bakar langsung diangkat menjadi Khalifah. Tiba-tiba muncul suku-suku yang berpaling dari agama Islam atau murtad, ada yang mengaku dirinya Nabi, ada yang mau menghapus zakat, dan menghalalkan yang haram dan berbagai permasalahan yang mengganggu umat Islam. Ini semua terjadi pada tahun 11H hingga 13H/632M hingga 634M. Dengan tekad Sang Khalifah Abu bakar ra menyiapkan 11 pasukan tentara ke Negara Yaman, Bahrain, Najd, Hadhramaut, Oman dan lain sebagainya. Dengan memilih lambang yang dapat dijadikan sebuah kesaktian atau karomat atau sebagai motivasi para sahabat dan untuk memohon rahmat Allah SWT agar dapat membantu mereka untuk memerangi orang-orang yang murtad setelah kewafatan baginda Nabi Muhammad SAW. disamping adalah moto atau lambang atau tema atau wasilah dan tawassul atau berdo’a melalui Rasulullah yang sudah wafat:
يا محمداه
Wahai Muhammaaad
Dalam Tata Bahasa Arab, jika Kata Nama diakhiri dengan alif dan ha ( اه ) ketika kita memanggil seseorang, seperti: Yaa Umaraah (Umar), yaa Usmanaah (Usman), Ya Ahmadaah (Ahmad), yaa Rafiaah (Rafi) (Ya Asepaah (Asep), ini artinya dia memanggil orang memohon pertolongan dan mengeluh terhadap musibah yang dahsyat yang dihadapinya. Contoh ada orang menghadapi kewafatan ayahnya, kemudian dia menangis sambil memanggil ibunya dan memohon agar dapat menenangkan kondisinya, maka dia memenggil ibunya dengan menambah huruf alif dan ha, jadi “yaa ummaah” artinya “wahai ibuuuu” atau ada anak kecil kehilangan ayamnya maka dia merasa sedih dan seolah-olah memohon pertolongan, lalu berteriak “ wahai ayamkuuuuuu”.
Bayangkan Rasulallah SAW sudah wafat, namun sahabat masih bertawassul dengannya. Ini yang membuat para ulama juga ikut bertawassul, mereka mengikuti jejak para sahabat Rasulallah SAW yaitu Sayyidina Abu Bakar ra (Ibnu Katsir, Al-Bidayah wan nihayah, jilid6,h321.Darul Kutub Al-Ilmiyah, Bairut:2001).
Lihat dan perhatikan gambar di bawah, gambar ini diambil dari buku Al-Bidayah wan nihayah jilid 6 halaman 321 :
Artinya: “Khalid Ibn Al-Walid mengumandangkan simbol peperangannya melawan pasukan Al-Murtadin dengan memanggil dengan suara yang keras “ wahai Muhammaaaaad!” dengan tawassul itu semua tentara Islam meraih kemenangan.
Pada dasarnya seharusnya mereka memohon kepada Allah SWT secara langsung, atau berteriak memanggil lafadz Allah, tapi yang berlaku malah memanggil nama Rasulullah SAW. Itulah yang menjadi pegangan para sahabat, tabi’in dan para ulama untuk bertawssul.