Dari Hadits Nabi saja kita sudah tahu ada Bid’ah Hasanah. Hadits Nabi terbagi 3: Qowli (Perkataan Nabi), Fi’li (Perbuatan Nabi), dan Taqrir . Nah taqrir ini adalah Bid’ah Hasanah. Nabi tidak pernah melakukannya. Jadi menurut versi mereka ini Bid’ah. Tapi saat sahabat melakukan itu, Nabi tidak melarang dan mencela mereka sebagai Ahli Bid’ah yang sesat.
Karena tak paham Bid’ah Hasanah, mereka akhirnya jadi tukang laknat dan pencaci Muslim. Jadi dosa. Mereka melaknat Muslim yang melakukan Bid’ah Hasanah sebagai Ahli Bid’ah yang sesat. Akhirnya label sesat berbalik pada mereka.
Dari Abu Dzarr Ra, Nabi SAW bersabda:
“Barangsiapa memanggil seseorang dengan kafir atau mengatakan kepadanya “hai musuh Allah”, padahal tidak demikian halnya, melainkan panggilan atau perkataannya itu akan kembali kepada dirinya”.[HR Muslim]
Tak heran banyak Ulama yang menganggap Wahabi itu sesat karena sering memfitnah Muslim lain sebagai Ahli Bid’ah yang sesat karena mereka tidak mengenal Bid’ah Hasanah. Justru mereka melakukan Bid’ah dholalah sebab Nabi tidak pernah memaki Muslim lain sebagai Ahli Bid’ah.
Hadis pertama: Seseorang tiba di mesjid kemudian ia masuk kedalam shaf shalat. Ia tergopoh-gopoh karena mengejar shalat. Kemudian ia berkata:”Alhamdulillah hamdan kathiron thayyiban mubaarokan fiihi.”Ketika sholat selesai Rasulullah bertanya:”siapa yang mengucapkan kata-kata tadi?” Sahabat tidak ada yang menjawab. Kemudian Rasulullah saw mengulangi pertanyaanya: ”Siapa yang mengucapkan kata-kata tadi, Ia tidak mengucapkan sesuatu yang jelek. ” Seseorang menjawab: ”Saya tiba di masjid dan khawatir tertinggal shalat, maka saya mengucapkannya. ” Rasulullah berkata: ”Saya melihat dua belas malaikat berlomba siapa di antara mereka yang mengangkatnya.” (HR Muslim No. 600)
Hadis Kedua: Ibnu Umar berkata: ketika kami sedang shalat bersama Rasulullah saw tiba-tiba ada seseorang yang mengucapkan: ” Allahu-akbar kabiroo, walhamdu-lillahi katsiroo, wa subhanallahi bukrotaw-waashilaa.” Kemudian Rasulullah saw bertanya: ”kalimat zikir tadi, Siapa yang mengucapkannya ?” salah seorang menjawab; “Saya wahai Rasulullah.” Rasulullah berkata: ”Aku mengaguminya, dibukakan pintu langit bagi kalimat tersebut!”(HR Muslim no.601)
Hadis Ketiga: Seseorang dari kaum Anshar menjadi imam di masjid Quba. Ia selalu membaca surat al Ikhlas sebelum membaca surat lain setelah al-Fatihah. Ia melakukannya setiap rakaat. Jamaah masjid menegurnya: ”Kenapa anda selalu memulainya denga al-Ikhlas, bukankah surat al-Ikhlas cukup dan tidak perlu membaca surat lain, atau engkau memilih cukup membaca al-Ikhlas atau tidak perlu membacanya dan cukup surat lain. Ia menjawab: Saya tidak akan meninggalkan surat al-Ikhlas, kalau kalian setuju saya mengimami dengan membaca al-Ikhlas maka saya akan mengimami kalian, tapi kalau kalian tidak setuju maka saya tidak akan jadi imam. Mereka tahu bahwa orang ini yang paling baik dan tidak ingin kalau yang lain mengimami shalat. Ketika Rasulullah datang mengunjungi, mereka menyampaikan hal ini kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw bertanya pada orang tersebut; ”Apa yang membuatmu menolak saran teman-temanmu? Dan Apa yang membuatmu selalu membaca surat al-Ikhlas setiap rakaat?” Ia menjawab: ”Saya mencintainya (al-Ikhlas). Rasulullah berkata: ”Kecintaanmu terhada surat al-ikhlas memasukanmu kedalam syurga!” (HR Bukhori no.741)
Tanpa Bid'ah Hasanah, tidak mungkin kita bisa membaca Kitab Al Qur'an dan Hadits seperti sekarang karena Kitab2 tsb tidak pernah ada di zaman Nabi. Yang ada cuma tulisan2 terpisah di atas kulit, daun, dsb. Tanpa ada Bid'ah Hasanah seperti Tahlilan yang merupakan Syiar Islam, bisa jadi si pencaci Ahli Bid'ah tsb masih sembahyang di Pura karena justru lewat Tahlilan para Wali Songo mengIslamkan rakyat Indonesia yang dulu mayoritas Hindu.
Dalam Bid'ah Hasanah selalu terdapat Sunnah2 Nabi seperti dalam Tahlilan ada Silaturrahmi, membaca ayat2 Al Qur'an, berzikir, doa, tho'amil miskiin (memberi makan orang miskin), dsb. Itu semua adalah Sunnah Nabi. Ada dalam Al Qur'an. Jadi keliru jika bilang orang yang sibuk mengerjakan Bid'ah Hasanah, akhirnya justru mengabaikan sunnah Nabi. Mereka tidak berpikir.