EMPAT HADITS TENTANG “BID’AH” YG MENJADI PERDEBATAN
1. Inilah hadits yang dipakai dasar mereka yang menolak bid’ah hasanah. “Jabir bin Abdullah berkata: Rosulullah bersabda: “Sebaik-baik ucapan adalah kitab Allah. Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Sejelek-jelek perkara adalah perkara baru. Dan setiap bid’ah itu kesesatan.” (HR. Muslim /867). Jika kita hanya membaca satu hadits ini maka dapat dikatakan semua bid’ah tanpa kecuali apakah itu urusan dunia, apakah urusan akhirat semuanya sesat. Karena semua manusia dijaman sekarang ini tidak bisa lepas dari perkara yang baru (bid’ah) maka semua manusia itu sesat.
2. “Apabila itu adalah perkara dunia kalian, kalian tentu lebih mengetahuinya. Namun, apabila itu adalah perkara agama kalian, kembalikanlah padaku.” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengomentari bahwa sanad hadits ini hasan). Setelah membaca hadits yang ke 1 dan dilanjutkan dengan hadits yang ke 2, baru diketahui bahwa yang dimaksud bid’ah yang sesat itu adalah hanya bid’ah tentang urusan agama, sedangkan bid’ah urusan dunia itu diperbolehkan.
3. Jabir bin Abdullah al-Bajali ra berkata: “Rosulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang memulai perbuatan yang baik (sunatan hasanatan) dalam Islam, maka ia akan memperoleh pahalanya serta pahala orang-orang yang melakukan sesudahnya tanpa sedikitpun dikurangi pahala mereka. Dan barangsiapa yang memulai perbuatan jelek (sunatan syai’atan) dalam Islam, maka ia akan memperoleh dosanya tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa mereka.” (HR. Muslim /1017). Kata “sunatan” tidak bisa diartikan sunah Rosul, sebab jika kita artikan “sunatan” dengan sunah Rosul, maka sunah itu ada yang baik dan yang jelek. Ini sama saja melecehkan Rosulullah saw.
Setelah membaca hadits yang ke 1 dan ke 2 dan dilanjut yang ke 3 maka dapat disimpulkan bahwa bid’ah yang sesat itu, bid’ah dalam urusan agama yang jelek/buruk. Contoh menyakiti diri sendiri maupun orang lain, berjudi, minum-minumn keras dll (yang dilarang oleh hukum-hukum agama) untuk memperingati hari besar agama, atau acara-acara keagamaan yang lainnya.
4. Abdurrahman bin Abd al-Qari berkata: “Suatu malam dibulan Ramadhan aku pergi ke masjid bersama Umar bin Khaththab. Ternyata orang-orang dimasjid berpencar-pencar dalam beberapa kelompok, ada yang shalat sendirian ada juga yang shalat menjadi imam beberapa orang. Lalu Umar berkata: “Aku bependapat, andaikan mereka aku kumpulkan dalam satu imam tentu akan lebih baik”. Lalu beliau mengumpulkan mereka pada Ubay bin Ka’ab. Pada malam berikutnya aku ke masjid lagi bersama Umar bin Khaththab dan mereka melaksanakan shalat bermakmum pada seorang imam. Menyaksikan hal itu Umar berkata: NI’MAL BID’ATU HADZIH“ Sebaik-baik bid’ah ini”. (HR. Bukhari/2010).
KESIMPULANNYA: Setelah membaca hadits ke 1 samapai ke 4 maka dapat disimpulkan, Yang dimaksud bid’ah dholalah (HR.Muslim 1) itu adalah mengada-ngada perkara yang baru dalam urusan agama (HR.Ahmad 2) dan perkara yang baru itu adalah perkara yang jelek (HR.Muslim 3) sedangkan bid’ah yang baik itu diperbolehkan (HR.Muslim 3) dan seperti yang dikatakan sahabat Umar r.a: “Ni’matil Bid’atu Hadzih” sebaik-baik bid’ah ini (HR.Bukhari 4). Kalau kesimpulannya seperti ini maka semua hadits shahih tersebut adalah benar, umat islam bersatu. Tapi klo hanya membenarkan hadits 1 dan 2 saja, maka sama artinya mengingkari hadits 3 dan 4. Padahal semuanya shahih. Satu lagi yang harus diingat Nabi SAW diutus kedunia ini bukan untk memecah belah umat tapi untuk menyatukan umat.
NABI SAW JUGA PERNAH MELAKUKAN BID’AH HASANAH
“Dari Aisyah ra: “Kaum Quraisy melakukan puasa Asyura pada masa jahiliyah dan Rosulullah saw juga melakukannya. Sesudah beliau hijrah ke Madinah, beliau tetap berpuasa dan menyuruh umatnya melakukannya. Kemudian setelah puasa Ramadhon diwajibkan, beliau bersabda: “Barang siapa yang hendak berpuasa (Asyura) berpuasalah dan barang siapa yang hendak meninggalkannya tinggalkanlah.” (HR. Bukhari/1893 dan Muslim/1125).
Ternyata Rosulullahpun juga pernah melakukan bid’ah hasanah, terbukti sebelum adanya wahyu tentang puasa turun Rosul juga melakukan puasa yang biasa dilakukan oleh kaum Quraisy dan Yahudi pada jaman jahiliyah. Orang-orang yang menuduh sesat orang yang melakukan bid’ah hasanah sama saja dia menuduh para sahabat dan Rosulullah juga sesat, karena beliau-beliau ini juga melakukan bid’ah hasanah. Kesimpulan terakhir sesuai (HR. Bukhari/1893 dan Muslim/1125). Maka melakukan bid’ah hasanah itu boleh tidak melakukan juga boleh. Yang tidak boleh itu menuduh orang lain sesat, syirik, kafir dll.
Mohon ma’af jika ada kekurangan dalam menyampaikan
SEMOGA BERMANFA’AT
CATATAN:
Kata kullu bisa diartikan semuanya atau sebagian besar (tidak harus semuanya tanpa ada pembatasan)
Sebagaimana contoh-contoh berikut :
Al-Qu’an surat Al-Anbiya’ ; 30 : وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ “Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiya’:30).
Meskipun ayat ini menggunakan kalimat kullu, namun tidak berarti semua makhluk hidup diciptakan dari air. Sebagaimana disebutkan dalam ayat al-Qur’an berikut ini: وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ “Dan Allah SWT menciptakan Jin dari percikan api yang menyala”. (QS. Ar-Rahman:15).
Begitu juga para malaikat, tidaklah Allah ciptakan dari air.
Hadits riwayat Imam Ahmad :
عَنِ الْأَشْعَرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ عَيْنٍ زَانِيَةٌ
Dari al-Asyari berkata: “ Rasulullah SAW bersabda: “ setiap mata berzina” (musnad Imam Ahmad). Walaupun Nabi juga menggunakan kata kullu apakah berarti semua mata berzina, tanpa kecuali?
Mohon ma’af jika ada kekurangan dalam menyampaikan
SEMOGA BERMANFA’AT
1. Inilah hadits yang dipakai dasar mereka yang menolak bid’ah hasanah. “Jabir bin Abdullah berkata: Rosulullah bersabda: “Sebaik-baik ucapan adalah kitab Allah. Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Sejelek-jelek perkara adalah perkara baru. Dan setiap bid’ah itu kesesatan.” (HR. Muslim /867). Jika kita hanya membaca satu hadits ini maka dapat dikatakan semua bid’ah tanpa kecuali apakah itu urusan dunia, apakah urusan akhirat semuanya sesat. Karena semua manusia dijaman sekarang ini tidak bisa lepas dari perkara yang baru (bid’ah) maka semua manusia itu sesat.
2. “Apabila itu adalah perkara dunia kalian, kalian tentu lebih mengetahuinya. Namun, apabila itu adalah perkara agama kalian, kembalikanlah padaku.” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengomentari bahwa sanad hadits ini hasan). Setelah membaca hadits yang ke 1 dan dilanjutkan dengan hadits yang ke 2, baru diketahui bahwa yang dimaksud bid’ah yang sesat itu adalah hanya bid’ah tentang urusan agama, sedangkan bid’ah urusan dunia itu diperbolehkan.
3. Jabir bin Abdullah al-Bajali ra berkata: “Rosulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang memulai perbuatan yang baik (sunatan hasanatan) dalam Islam, maka ia akan memperoleh pahalanya serta pahala orang-orang yang melakukan sesudahnya tanpa sedikitpun dikurangi pahala mereka. Dan barangsiapa yang memulai perbuatan jelek (sunatan syai’atan) dalam Islam, maka ia akan memperoleh dosanya tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa mereka.” (HR. Muslim /1017). Kata “sunatan” tidak bisa diartikan sunah Rosul, sebab jika kita artikan “sunatan” dengan sunah Rosul, maka sunah itu ada yang baik dan yang jelek. Ini sama saja melecehkan Rosulullah saw.
Setelah membaca hadits yang ke 1 dan ke 2 dan dilanjut yang ke 3 maka dapat disimpulkan bahwa bid’ah yang sesat itu, bid’ah dalam urusan agama yang jelek/buruk. Contoh menyakiti diri sendiri maupun orang lain, berjudi, minum-minumn keras dll (yang dilarang oleh hukum-hukum agama) untuk memperingati hari besar agama, atau acara-acara keagamaan yang lainnya.
4. Abdurrahman bin Abd al-Qari berkata: “Suatu malam dibulan Ramadhan aku pergi ke masjid bersama Umar bin Khaththab. Ternyata orang-orang dimasjid berpencar-pencar dalam beberapa kelompok, ada yang shalat sendirian ada juga yang shalat menjadi imam beberapa orang. Lalu Umar berkata: “Aku bependapat, andaikan mereka aku kumpulkan dalam satu imam tentu akan lebih baik”. Lalu beliau mengumpulkan mereka pada Ubay bin Ka’ab. Pada malam berikutnya aku ke masjid lagi bersama Umar bin Khaththab dan mereka melaksanakan shalat bermakmum pada seorang imam. Menyaksikan hal itu Umar berkata: NI’MAL BID’ATU HADZIH“ Sebaik-baik bid’ah ini”. (HR. Bukhari/2010).
KESIMPULANNYA: Setelah membaca hadits ke 1 samapai ke 4 maka dapat disimpulkan, Yang dimaksud bid’ah dholalah (HR.Muslim 1) itu adalah mengada-ngada perkara yang baru dalam urusan agama (HR.Ahmad 2) dan perkara yang baru itu adalah perkara yang jelek (HR.Muslim 3) sedangkan bid’ah yang baik itu diperbolehkan (HR.Muslim 3) dan seperti yang dikatakan sahabat Umar r.a: “Ni’matil Bid’atu Hadzih” sebaik-baik bid’ah ini (HR.Bukhari 4). Kalau kesimpulannya seperti ini maka semua hadits shahih tersebut adalah benar, umat islam bersatu. Tapi klo hanya membenarkan hadits 1 dan 2 saja, maka sama artinya mengingkari hadits 3 dan 4. Padahal semuanya shahih. Satu lagi yang harus diingat Nabi SAW diutus kedunia ini bukan untk memecah belah umat tapi untuk menyatukan umat.
NABI SAW JUGA PERNAH MELAKUKAN BID’AH HASANAH
“Dari Aisyah ra: “Kaum Quraisy melakukan puasa Asyura pada masa jahiliyah dan Rosulullah saw juga melakukannya. Sesudah beliau hijrah ke Madinah, beliau tetap berpuasa dan menyuruh umatnya melakukannya. Kemudian setelah puasa Ramadhon diwajibkan, beliau bersabda: “Barang siapa yang hendak berpuasa (Asyura) berpuasalah dan barang siapa yang hendak meninggalkannya tinggalkanlah.” (HR. Bukhari/1893 dan Muslim/1125).
Ternyata Rosulullahpun juga pernah melakukan bid’ah hasanah, terbukti sebelum adanya wahyu tentang puasa turun Rosul juga melakukan puasa yang biasa dilakukan oleh kaum Quraisy dan Yahudi pada jaman jahiliyah. Orang-orang yang menuduh sesat orang yang melakukan bid’ah hasanah sama saja dia menuduh para sahabat dan Rosulullah juga sesat, karena beliau-beliau ini juga melakukan bid’ah hasanah. Kesimpulan terakhir sesuai (HR. Bukhari/1893 dan Muslim/1125). Maka melakukan bid’ah hasanah itu boleh tidak melakukan juga boleh. Yang tidak boleh itu menuduh orang lain sesat, syirik, kafir dll.
Mohon ma’af jika ada kekurangan dalam menyampaikan
SEMOGA BERMANFA’AT
CATATAN:
Kata kullu bisa diartikan semuanya atau sebagian besar (tidak harus semuanya tanpa ada pembatasan)
Sebagaimana contoh-contoh berikut :
Al-Qu’an surat Al-Anbiya’ ; 30 : وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ “Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiya’:30).
Meskipun ayat ini menggunakan kalimat kullu, namun tidak berarti semua makhluk hidup diciptakan dari air. Sebagaimana disebutkan dalam ayat al-Qur’an berikut ini: وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ “Dan Allah SWT menciptakan Jin dari percikan api yang menyala”. (QS. Ar-Rahman:15).
Begitu juga para malaikat, tidaklah Allah ciptakan dari air.
Hadits riwayat Imam Ahmad :
عَنِ الْأَشْعَرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ عَيْنٍ زَانِيَةٌ
Dari al-Asyari berkata: “ Rasulullah SAW bersabda: “ setiap mata berzina” (musnad Imam Ahmad). Walaupun Nabi juga menggunakan kata kullu apakah berarti semua mata berzina, tanpa kecuali?
Mohon ma’af jika ada kekurangan dalam menyampaikan
SEMOGA BERMANFA’AT