Wahabi: “Anda tahu bahwa tahlilan itu bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat. Setiap kesesatan tempatnya adalah neraka.
”Kang Santri: “Memang benar, Rosululloh SAW, sahabat dan ulama salaf tidak pernah tahlilan seperti tahlilan yang ada sekarang. Jadi tahlilan adalah bid’ah. Namun karena bacaan tahlilan bagus (hasanah) , maka tahlilan termasuk bid’ah hasanah.
”Wahabi: “Bid’ah tidak boleh dibagi. Sebab Nabi bersabda “kullu bid’ah dlolalah”. Setiap bid’ah adalah sesat. Hanya orang sesat yang membagi bid’ah.
”Kang Santri: “Bagaimana jika yang membagi bid’ah ulama ente sendiri? Apakah berarti ulama ente sesat?
”Wahabi: “Anda jangan menfitnah ulama kami. Ulama kami tidak ada yang membagi bid’ah.
”Kang Santri: “Ah, itu kan hanya anggapan ente saja.Pada kenyatannya ulama ente membagi bid’ah.
”Wahabi: “Silahkan sebutkan, siapa nama ulama kami yang membagi bid’ah!
”Kang Santri: “Ulama ente yang bernama Syekh Utsaimin membagi bid’ah menjadi dua, bid’ah agama dan bid’ah dunia. Apakah Utsaimin sesat karena telah membagi bid’ah?
”Wahabi: “Syekh Utsaimin tidak sesat. Sebab, pembagian bid’ah yang beliau lakukan sesuai dengan sabda Nabi SAW, yakni: “Antum a’lamu biumuriddunyakum”. Kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian. Jadi membagi bid’ah menjadi bid’ah agama dan bid’ah dunia tidak apa-apa.Yang tidak boleh adalah membagi bid’ah dalam agama menjadi bid’ah hasanah dan bid’ah sayyi’ah.
”Kang Santri: “Berarti bid’ah boleh dibagi dong?
”Wahabi: “Iya, boleh.
”Kang Santri: “Ucapan ente ini, bertentangan dengan ucapan ente yang tadi. Tadi ente bilang; bid’ah tidak boleh dibagi. Hanya orang sesat yang membagi bid’ah.Namun sekarang ente bilang; bid’ah boleh dibagi. Apakah ini merupakan pengakuan bahwa ente sesat?
"Wahabi: “Saya tidak sesat. Saya hanya berdakwah menyebarkan sunah dan memurnikan tauhid. Justru yang sesat adalah anda. Anda tidak mengamalkan haditsNabi. Dalam hadits, Nabi bersabda: Setiap bid’ah adalah sesat. Namun anda malah menentang sabda beliau.Anda mengatakan bahwa bid’ah adalah hasanah.
"Kang Santri: “Saya tidak mengatakan semua bid’ahhasanah. Yang saya katakan adalah bid’ah ada dua,bid’ah hasanah dan bid’ah sayyi’ah. Yang sesat adalah bid’ah sayyi’ah.
”Wahabi: “Tetap saja anda menentang Nabi. Sebab anda menyebut bid’ah hasanah. Anda tahu, bahwa orang yang menentang Nabi berarti ia kafir. Jadi anda kafir.
”Kang Santri: “Saya bukan orang kafir. Sekarang begini,bagaimana jika yang menyebut bid’ah hasanah adalah ulama ente sendiri? Apakah berarti ulama ente kafir?
”Wahabi: “Anda jangan menfitnah ulama kami. Ulama kami tidak ada yang mengatakan bid’ah hasanah.Mereka sepakat bahwa semua bid’ah dalam masalah agama adalah sesat.”Kang Santri: “Ah, itu kan hanya hayalan ente saja. Pada kenyataannya ulama ente mengakui adanya bid’ah hasanah.”Wahabi: “Harus berapa kali saya bilang kepada anda,jangan menfitnah ulama kami. Silahkan buktikan ucapan anda itu!
”Kang Santri: “Ok! Saya akan membuktikannya. Tapi kitaharus membuat kesepakatan terlebih dahulu. Jika sayabisa membuktikannya, berarti ulama wahabi sesat.Gimana? Dealkah?
”Wahabi: “ya, deal
”Kang Santri: “Ketika membahas masalah bid’ah agama,Syekh Utsaimin mengatakan adanya bid’ah yang sesuaidengan al-kitab dan assunah. Silahkan cek dalam kitab Al-Aqidah Al-Wasathiyah, hlm. 639-640.Sesuatu yang sesuai dengan al-Kitab dan as-Sunah menunjukan bahwa ia adalah hal yang baik. Dalam bahasa arab sesuatu yang baik disebut hasanah. Dengan demikian bid’ah dalam agama yang sesuai dengan al-kitab dan as-sunah adalah bid’ah hasanah. Gimana?Apakah ulama wahabi sesat karena telah menyebut bid’ah hasanah?
”Wahabi: “Itukan hanya pemahaman anda yang batil.Syekh Utsaimin tidak mengatakan bid’ah hasanah.
”Kang Santri: “Kalau begitu tolong jelaskan kepada saya,maksud ucapan Utsaimin tentang bid’ah yang sesuai dengan alkitab dan assunah. Silahkan, pak!
”Wahabi: “Bid’ah yang sesuai dengan alkitab dan assunah, bukan bid’ah hasanah, melainkan maslahah mursalah.
”Kang Santri: “Ente tahu, apa itu maslahah mursalah?
”Wahabi: “Tau. Maslahah mursalah adalah kebaikan secara bebas.
”Kang Santri : Xixixixixi..... itu kan terjemahannya. Yang saya tanyakan bukan terjemahannya. Melainkan pengertian maslahah mursalah.
”Wahabi: “Saya tidak tahu. Namun kata dosen saya diuniversitas saudi, maslahah mursalah boleh. Tetapi bid’ah hasanah tidak boleh.
”Kang Santri: “oh, jadi ente hanya bertaqlid pada dosen ente. Lalu mengapa ente melarang kami taqlid sama Mbah Kyai dan menuduh kami telah menuhankan Kyai.Padahal ente sendiri bertaqlid pada dosen ente. Apakah ente telah menuhankan dosen ente?
"Wahabi: “Sudahlah! anda jangan muter-muter. Jelaskan saja, apa itu maslahah mursalah?
”Kang Santri: “Lho, ente kok malah mengembalikan pertanyaan ane. Gimana toh pak (he..he..he) Tapi baiklah, saya akan jelaskan. Maslahah mursalah adalah metode yang digunakan oleh Imam Malik dalam menghadapi permasalahan yang tidak ada dalilnya darial-qur’an, hadits dan ijma’.Untuk masalah yang tidak ada dalilnya, Imam Malik menjadikan “kebaikan secara bebas” sebabagai dasar untuk menetapkan hukum. Jika ente mengakui keabsahan maslahah mursalah, sama saja ente mengakui sesuatu yang tidak ada dalilnya. Seharusnya ente tidak menyalahkan tahlilan hanya karena tidak ada dalilnya.
”Wahabi : ?????!!!!! terus pamit ngeloyor pergi........
”Kang Santri: “Memang benar, Rosululloh SAW, sahabat dan ulama salaf tidak pernah tahlilan seperti tahlilan yang ada sekarang. Jadi tahlilan adalah bid’ah. Namun karena bacaan tahlilan bagus (hasanah) , maka tahlilan termasuk bid’ah hasanah.
”Wahabi: “Bid’ah tidak boleh dibagi. Sebab Nabi bersabda “kullu bid’ah dlolalah”. Setiap bid’ah adalah sesat. Hanya orang sesat yang membagi bid’ah.
”Kang Santri: “Bagaimana jika yang membagi bid’ah ulama ente sendiri? Apakah berarti ulama ente sesat?
”Wahabi: “Anda jangan menfitnah ulama kami. Ulama kami tidak ada yang membagi bid’ah.
”Kang Santri: “Ah, itu kan hanya anggapan ente saja.Pada kenyatannya ulama ente membagi bid’ah.
”Wahabi: “Silahkan sebutkan, siapa nama ulama kami yang membagi bid’ah!
”Kang Santri: “Ulama ente yang bernama Syekh Utsaimin membagi bid’ah menjadi dua, bid’ah agama dan bid’ah dunia. Apakah Utsaimin sesat karena telah membagi bid’ah?
”Wahabi: “Syekh Utsaimin tidak sesat. Sebab, pembagian bid’ah yang beliau lakukan sesuai dengan sabda Nabi SAW, yakni: “Antum a’lamu biumuriddunyakum”. Kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian. Jadi membagi bid’ah menjadi bid’ah agama dan bid’ah dunia tidak apa-apa.Yang tidak boleh adalah membagi bid’ah dalam agama menjadi bid’ah hasanah dan bid’ah sayyi’ah.
”Kang Santri: “Berarti bid’ah boleh dibagi dong?
”Wahabi: “Iya, boleh.
”Kang Santri: “Ucapan ente ini, bertentangan dengan ucapan ente yang tadi. Tadi ente bilang; bid’ah tidak boleh dibagi. Hanya orang sesat yang membagi bid’ah.Namun sekarang ente bilang; bid’ah boleh dibagi. Apakah ini merupakan pengakuan bahwa ente sesat?
"Wahabi: “Saya tidak sesat. Saya hanya berdakwah menyebarkan sunah dan memurnikan tauhid. Justru yang sesat adalah anda. Anda tidak mengamalkan haditsNabi. Dalam hadits, Nabi bersabda: Setiap bid’ah adalah sesat. Namun anda malah menentang sabda beliau.Anda mengatakan bahwa bid’ah adalah hasanah.
"Kang Santri: “Saya tidak mengatakan semua bid’ahhasanah. Yang saya katakan adalah bid’ah ada dua,bid’ah hasanah dan bid’ah sayyi’ah. Yang sesat adalah bid’ah sayyi’ah.
”Wahabi: “Tetap saja anda menentang Nabi. Sebab anda menyebut bid’ah hasanah. Anda tahu, bahwa orang yang menentang Nabi berarti ia kafir. Jadi anda kafir.
”Kang Santri: “Saya bukan orang kafir. Sekarang begini,bagaimana jika yang menyebut bid’ah hasanah adalah ulama ente sendiri? Apakah berarti ulama ente kafir?
”Wahabi: “Anda jangan menfitnah ulama kami. Ulama kami tidak ada yang mengatakan bid’ah hasanah.Mereka sepakat bahwa semua bid’ah dalam masalah agama adalah sesat.”Kang Santri: “Ah, itu kan hanya hayalan ente saja. Pada kenyataannya ulama ente mengakui adanya bid’ah hasanah.”Wahabi: “Harus berapa kali saya bilang kepada anda,jangan menfitnah ulama kami. Silahkan buktikan ucapan anda itu!
”Kang Santri: “Ok! Saya akan membuktikannya. Tapi kitaharus membuat kesepakatan terlebih dahulu. Jika sayabisa membuktikannya, berarti ulama wahabi sesat.Gimana? Dealkah?
”Wahabi: “ya, deal
”Kang Santri: “Ketika membahas masalah bid’ah agama,Syekh Utsaimin mengatakan adanya bid’ah yang sesuaidengan al-kitab dan assunah. Silahkan cek dalam kitab Al-Aqidah Al-Wasathiyah, hlm. 639-640.Sesuatu yang sesuai dengan al-Kitab dan as-Sunah menunjukan bahwa ia adalah hal yang baik. Dalam bahasa arab sesuatu yang baik disebut hasanah. Dengan demikian bid’ah dalam agama yang sesuai dengan al-kitab dan as-sunah adalah bid’ah hasanah. Gimana?Apakah ulama wahabi sesat karena telah menyebut bid’ah hasanah?
”Wahabi: “Itukan hanya pemahaman anda yang batil.Syekh Utsaimin tidak mengatakan bid’ah hasanah.
”Kang Santri: “Kalau begitu tolong jelaskan kepada saya,maksud ucapan Utsaimin tentang bid’ah yang sesuai dengan alkitab dan assunah. Silahkan, pak!
”Wahabi: “Bid’ah yang sesuai dengan alkitab dan assunah, bukan bid’ah hasanah, melainkan maslahah mursalah.
”Kang Santri: “Ente tahu, apa itu maslahah mursalah?
”Wahabi: “Tau. Maslahah mursalah adalah kebaikan secara bebas.
”Kang Santri : Xixixixixi..... itu kan terjemahannya. Yang saya tanyakan bukan terjemahannya. Melainkan pengertian maslahah mursalah.
”Wahabi: “Saya tidak tahu. Namun kata dosen saya diuniversitas saudi, maslahah mursalah boleh. Tetapi bid’ah hasanah tidak boleh.
”Kang Santri: “oh, jadi ente hanya bertaqlid pada dosen ente. Lalu mengapa ente melarang kami taqlid sama Mbah Kyai dan menuduh kami telah menuhankan Kyai.Padahal ente sendiri bertaqlid pada dosen ente. Apakah ente telah menuhankan dosen ente?
"Wahabi: “Sudahlah! anda jangan muter-muter. Jelaskan saja, apa itu maslahah mursalah?
”Kang Santri: “Lho, ente kok malah mengembalikan pertanyaan ane. Gimana toh pak (he..he..he) Tapi baiklah, saya akan jelaskan. Maslahah mursalah adalah metode yang digunakan oleh Imam Malik dalam menghadapi permasalahan yang tidak ada dalilnya darial-qur’an, hadits dan ijma’.Untuk masalah yang tidak ada dalilnya, Imam Malik menjadikan “kebaikan secara bebas” sebabagai dasar untuk menetapkan hukum. Jika ente mengakui keabsahan maslahah mursalah, sama saja ente mengakui sesuatu yang tidak ada dalilnya. Seharusnya ente tidak menyalahkan tahlilan hanya karena tidak ada dalilnya.
”Wahabi : ?????!!!!! terus pamit ngeloyor pergi........