Memahami secara sederhana tentang bid'ah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan,
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan, setiap yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim no. 867)
Dalam memaknai hadits tersebut saya rujuk (sepakat) dengan yg difahami oleh teman teman Wahabi yg mekmaknainya bahwa "SEMUA BID'AH ITU SESAT" dengan syarat apabila :
TA'ALLUQ-nya kalimat وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا dari hadits tsb adalah kembali ke kalimat كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ.
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan, setiap yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim no. 867)
Dalam memaknai hadits tersebut saya rujuk (sepakat) dengan yg difahami oleh teman teman Wahabi yg mekmaknainya bahwa "SEMUA BID'AH ITU SESAT" dengan syarat apabila :
TA'ALLUQ-nya kalimat وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا dari hadits tsb adalah kembali ke kalimat كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ.
MAKSUDNYA:
TA'ALLUQNYA . KEMBALINYA, RUJU'NYA kalimat "Sejelek perkara yg diada-adakan " DISANDARKAN KEPADA "Perkasa baru yg menyelisihi Al-Qur'an dan Hadits."
Karena apabila yg dimaksud dg BID'AH tsb adalah segala perkara baru yg menyelisihi Al-Qur'an dan Hadits, maka makna hadits tsb dapat difahami sebagai berikut:
“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah (Al-Qur'an) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (Hadits) . Sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan (yg menyelisihi Al-Qur'an dan Hadits) dan setiap bid’ah (yg menyelisihi Al-Qur'an dan Hadits) adalah sesat.” (HR. Muslim no. 867)
MAFHUM MUKHOLAFAHNYA ADALAH:
"Setiap perkara baru yg TIDAK mneyelisihi Al-Qur'an dan Hadits, maka tdk disebut sebagai bid'ah dlolalah.
Hal ini sama persis sebagimana pembagian bid'ah yg telah difatwakan oleh Imam As-Syafi'i :
Imam Syafi’i Rahimahullah berkata :
الْمُحْدَثَاتُ مِنَ اْلأُمُوْرِ ضَرْبَانِ :
أَحَدُهُمَا : مَا أُحْدِثَ ِممَّا يُخَالـِفُ كِتَابًا أَوْ سُنَّةً أَوْ أَثرًا أَوْ إِجْمَاعًا، فهَذِهِ اْلبِدْعَةُ الضَّلاَلـَةُ،
وَالثَّانِيَةُ : مَا أُحْدِثَ مِنَ الْخَيْرِ لاَ خِلاَفَ فِيْهِ لِوَاحِدٍ مِنْ هذا ، وَهَذِهِ مُحْدَثَةٌ غَيْرُ مَذْمُوْمَةٍ
Perkara-perkara baru itu terbagi menjadi dua macam :
Pertama: Perkara baru yang menyalahi al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ atau menyalahi Atsar, perkara baru semacam ini adalah bid’ah yang sesat (Bid’ah Dholalah).
Kedua: Perkara baru yang baru yang baik dan tidak menyalahi satu pun dari al-Qur’an, Sunnah, maupun Ijma’, maka perkara baru seperti ini tidak tercela (Bid’ah Hasanah).
(Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dengan sanad yang Shahih dalam kitab Manaqib asy-Syafi’i –Jilid 1- Halaman 469).
TAPI apabila yg dimaksud dg KULLUN BID'ATIN DLOLALAH tsb adalah segala perkara baru baik yg menyelisihi Al-Qur'an dan Hadits maupun YANG TIDAK menyelisihi Al-Qur'an dan Hadits, MAKA SAYA TIDAK SEPAKAT.
TA'ALLUQNYA . KEMBALINYA, RUJU'NYA kalimat "Sejelek perkara yg diada-adakan " DISANDARKAN KEPADA "Perkasa baru yg menyelisihi Al-Qur'an dan Hadits."
Karena apabila yg dimaksud dg BID'AH tsb adalah segala perkara baru yg menyelisihi Al-Qur'an dan Hadits, maka makna hadits tsb dapat difahami sebagai berikut:
“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah (Al-Qur'an) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (Hadits) . Sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan (yg menyelisihi Al-Qur'an dan Hadits) dan setiap bid’ah (yg menyelisihi Al-Qur'an dan Hadits) adalah sesat.” (HR. Muslim no. 867)
MAFHUM MUKHOLAFAHNYA ADALAH:
"Setiap perkara baru yg TIDAK mneyelisihi Al-Qur'an dan Hadits, maka tdk disebut sebagai bid'ah dlolalah.
Hal ini sama persis sebagimana pembagian bid'ah yg telah difatwakan oleh Imam As-Syafi'i :
Imam Syafi’i Rahimahullah berkata :
الْمُحْدَثَاتُ مِنَ اْلأُمُوْرِ ضَرْبَانِ :
أَحَدُهُمَا : مَا أُحْدِثَ ِممَّا يُخَالـِفُ كِتَابًا أَوْ سُنَّةً أَوْ أَثرًا أَوْ إِجْمَاعًا، فهَذِهِ اْلبِدْعَةُ الضَّلاَلـَةُ،
وَالثَّانِيَةُ : مَا أُحْدِثَ مِنَ الْخَيْرِ لاَ خِلاَفَ فِيْهِ لِوَاحِدٍ مِنْ هذا ، وَهَذِهِ مُحْدَثَةٌ غَيْرُ مَذْمُوْمَةٍ
Perkara-perkara baru itu terbagi menjadi dua macam :
Pertama: Perkara baru yang menyalahi al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ atau menyalahi Atsar, perkara baru semacam ini adalah bid’ah yang sesat (Bid’ah Dholalah).
Kedua: Perkara baru yang baru yang baik dan tidak menyalahi satu pun dari al-Qur’an, Sunnah, maupun Ijma’, maka perkara baru seperti ini tidak tercela (Bid’ah Hasanah).
(Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dengan sanad yang Shahih dalam kitab Manaqib asy-Syafi’i –Jilid 1- Halaman 469).
TAPI apabila yg dimaksud dg KULLUN BID'ATIN DLOLALAH tsb adalah segala perkara baru baik yg menyelisihi Al-Qur'an dan Hadits maupun YANG TIDAK menyelisihi Al-Qur'an dan Hadits, MAKA SAYA TIDAK SEPAKAT.