DIALOG SEORANG WAHABI DAN SEORANG PENDETA

(Dialog Tentang Status Orangtua Rasulullah Saw.)
Alkisah, ada seorang ulama Wahabi ingin mengislamkan seorang pendeta. Lantas pendeta itu bertanya: “Menurutmu sejak kapan Nabi Isa dibangkitkan, dan sejak kapan Nabi Muhammad dibangkitkan?”
Ulama Wahabi menjawab: “Isa menjadi nabi semenjak ia lahir, sementara Muhammad resmi menjadi nabi sejak berusia 40 tahun.”
Pendeta itu lalu menanyakan: “Berarti Muhammad kafir selama 40 tahun sebelum dibangkitkan?”
“Iya”, jawab ulama Wahabi.
Pertanyaan pendeta berikutnya: “Menurutmu, bagaimana status Siti Maryam ibu Nabi Isa?”
“Suci dan disucikan”, jawab ulama Wahabi.
“Lalu ibu Nabi Muhammad?” tanya pendeta.
Dijawab: “Si Aminah itu kafir.”
Pendeta kemudian mengakhiri perdebatan seraya menyimpulkan: “Apakah kamu ingin aku meninggalkan Nabi yang sejak lahir jadi nabi dan pindah ke Nabi yang kafir selama 40 tahun? Dan apakah kamu ingin aku meninggalkan Nabi yang ibunya di surga dan pindah ke Nabi yang ibunya di neraka?”
Ulama Wahabi itu terdiam membatu, dan gagal total upaya Islamisasinya. Bagaimana mereka tidak menghujat sementara Wahabi sendiri menghina, merendahkan dan takut meninggikan derajat Rasulullah Saw.?
Itulah salah satu contoh kegagalan dakwah Wahabi dalam upaya mengislamisasi, karena memang Wahabi tidak memuliakan nabinya sendiri. Bahkan dakwah Wahabi semakin mengerikan karena cuma sebatas pada mengkafir-kafirkan orang yang tidak sepemahaman dengannya. Dahulu Wali Songo mengislamkan orang kafir, kini Wahabi mengkafirkan orang Islam. (Riwayat sufiyyah Rabiatul Adawiyah dari Gus Ziyyul Haq).